Andi peternak Love Bird ( Foto : Ricky BnR )

Bandung ( mediabnr.com ) – Didalam perjalanannya sebagai peternak burung Love Bird, Andi (25) berhasil mengembangbiakan ternaknya menjadi sebuah komoditi yang menghasilkan. Tehnik perkawinan poligami yang dianutnya, berdasarkan oleh terbatasnya calon indukan yang ia miliki. Juga terbatasnya ruangan atau tempat untuk menjodohkannya. Untuk itu perkawinan koloni dipilihnya, selain efisien juga tidak banyak makan tempat. Melalui proses kegagalan yang dialami dengan terus menggali kendala yang dihadapinya, serta berdasarkan pengalaman yang panjang, Andi menganut tehnik perjodohan 3 in 1. “Untuk mengejar pasar, cara saya dalam beternak bisa menghasilkan anakan yang cepat. Tetapi saya tidak terlalu kejar produksi, ada masa rehat dalam perjodohannya, demi menjaga kebugaran indukannya,” ujar Andi.

Bedakan Jenis Kelamin

Anakan Lutino Usia 4 Bulan 9 Foto : Ricky BnR )

Anakan Lutino Usia 4 Bulan 9 Foto : Ricky BnR )

Tehnik pertama yang dilakukan ialah menentukan jenis kelamin dari calon indukannya. Langkah ini merupakan menu utama dalam tehnik perjodohan yang dianutnya. “Penting untuk mengenali jenis kelaminnya terlebih dahulu, untuk membedakan jantan dan betina kalau kita sudah lama menggeluti ternak, tentunya secara kasat mata bisa membedakan jenis kelaminnya meski tidak 100 %. Baik dari postur tubuh maupun bentuk badannya, peternak lama banyak yang sudah bisa membedakan jenis kelaminnya,” Kata Andi. “Tetapi umumnya breeder membedakannya dengan cara melihat capit udangnya. Kalau jantan capit udangnya rapat dan keras, sedangkan betina capit udangnya renggang serta lunak. Meski cara pandang tersebut terkadang meleset, tetapi kebanyakan benar adanya,” lanjutnya.

Perjodohan Koloni 3 In1

Kandang Koloni

Kandang Koloni ( Foto : Ricky BnR )

Setelah memilih jenis indukannya jelas antara jantan dan betina, kemudian Andi memasukan betinanya terlebih dahulu kedalam kandang perjodohan koloni. “Satu lagi pekerjaan rumah yang harus dilakukan peternak yaitu ketika memasukan calon indukan betinanya, harus berumur diatas 8 bulan, tentunya dengan tingkat birahi yang cukup. Meski terkadang bisa juga mengawinkan dibawah usia 7 bulan, tetapi hasil anakannya tidak sempurna. Biasanya kurang aktif bersuara, serta pertumbuhannya lambat,” beber mahasiswa tehnik informatika ini. Andi memasukan indukan betina dengan perbandingan 3 betina dengan 1 jantan. Jadi bilamana memasukan 12 ekor betina siap, Andi juga memasukan 4 pejantannya.

Siklus produksi dari ternaknya, setelah masa kawin biasanya 22-24 hari menuju masa tetasnya. Dalam perkawinan poligami, sang jantan akan kawin dengan betina yang dipilihnya terlebih dahulu. Ketika perkawinan terjadi, calon indukan betina yang lainnya terdongkrak birahinya. Setelah kawin dengan pasangan pertama, sang jantan mencari pasangan baru, bilamana betina pertama tersebut sudah masuk kandang glodok untuk membuahi telurnya. Kemudian perkawinan pun terjadi dengan betina lainnya.

Kendala

Anakan Pastel Kuning 3 Bulan

Anakan Pastel Kuning 3 Bulan ( Foto : Ricky BnR )

Mungkin cara diatas terkesan sederhana, tetapi sebetulnya kendala tetap ada. Karakter dari masing-masing burung tentu berbeda, ini dialaminya ketika perkawinan pertama terjadi, sang jantan tidak mau kawin dengan calon betina yang lain. Jantan dengan setia menemani betina ketika membuahi, untuk kasus tersebut Andi memasukan kedua pasangan tersebut ke dalam kandang soliter/batere. “Tidak semua jantan mau kawin poligami, ada juga yang setia dengan satu pasangan. Tetapi kebanyakan mereka mau berpoligami, tergantung cara kita mengawinkannya. Intinya praktek langsung lebih efisien, yang utama tentunya mengetahui jenis kelamin calon indukannya terlebih dahulu,” katanya. “Untuk mengejar produksi, perkawinan koloni merupakan hal yang cepat. Sedangkan perkawinan soliter alias per pasang, membutuhkan dana besar dan ruangan yang cukup luas. Sekarang tergantung dari calon peternaknya, mau koloni atau soliter,” lanjutnya.

Sebuah karya dari seorang breeder, tentunya harus dihargai dari buah hasilnya. Penghargaan terbaik tentunya harus datang dari dirinya sendiri. Karena beternak adalah sebuah proses. Proses itulah yang harus dihargai dalam makna sebenarnya. “Yang utama niatan serta mau kerja keras dalam beternak. Untuk hasil akhir tergantung apa yang akan kita kejar, pastinya mengikuti apa yang telah kita kerjakan. Kualitas yang baik dihasilkan dari niatan yang baik dalam berkarya,” tutup Andi.(Ricky)