Page1_Menurut data Daftar Burung Indonesia no. 2 (DBI no. 2) yang dibuat kerjasama antara Indonesian Ornithologists’ Union(IOU)—LIPI, Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) dan Oriental Bird Club (OBC), mengklasifikasikan 1598 spesies burung di Indonesia. Jumlah tersebut, menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara nomor empat di dunia terkaya akan jumlah spesies burungnya setelah Columbia, Peru, dan Brazil.

Dari jumlah tersebut, 372 (23,28%) spesies di antaranya adalah spesies burung endemik dan 149 (9,32%) species adalah burung migran. Sangat disayangkan bahwa di Indonesia tercatat 118 (7,38%) spesies burung yang dikatagorikan sebagai spesies yang terancam punah dalam IUCN Red List.

Beberapa burung Indonesia yang hampir punah dan dinyatakan langka keberadaannya antara lain:

Cendrawasih Biru

Cendrawasih Biru atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea rudolphi adalah sejenis burung cendrawasih berukuran sedang, dengan panjang sekitar 30cm, dari genus Paradisaea. Daerah sebaran Cendrawasih Biru terdapat di hutan-hutan pegunungan Papua Nugini bagian timur dan tenggara, umumnya dari ketinggian 1.400 meter sampai ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut.

Cendrawasih Merah

Cendrawasih Merah atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea rubra adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33cm, dari marga Paradisaea. Endemik Indonesia, Cendrawasih Merah hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Irian Jaya Barat.

Cekakak-hutan Melayu

Cekakak-hutan memiliki suara yang unik dan khas. Pada umumnya, mereka bersuara keras. Siulannya meninggi dan berbunyi “kwii-kwii…”. Uniknya, setiap siulan tersebut dihasilkan sekitar satu nada per detik. Burung jenis ini tinggal di dalam hutan dan berburu dari tenggeran rendah. Tidak seperti suaranya yang keras, burung ini ternyata agak pemalu. Mereka hanya mencari mangsa dari atas tanah dengan membalik-balikkan dedaunan.

Nuri Sayap Hitam

Nuri sayap hitam atau Nuri Merah Biak, yang dalam nama ilmiahnya Eos cyanogenia adalah sejenis nuri berukuran sedang, dengan panjang sekitar 30cm, dari suku Psittacidae. Endemik Indonesia, Nuri Sayap-hitam hanya ditemukan di habitat hutan di pesisir pulau Biak dan pulau-pulau di Teluk Cenderawasih, Papua. Spesies ini sering ditemukan dan bersarang di perkebunan kelapa.

Kakak Tua Raja

Spesies ini hidup pada ketinggian 0-1520 meter dari permukaan laut, biasanya berkelompok. Kakatua pada umumnya berusia panjang, hingga mencapai 60 tahun bahkan lebih. Kakatua menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan; juga hutan monsun (Nusa Tenggara), hutan yang tinggi bersemak, semak yang pohonnya jarang dan lahan budidaya yang pohonnya jarang. Dari permukaan laut sampai ketinggian 900 m (Sulawesi), 1520 m (Lombok), 1000 m (Sumbawa)

Udang merah Sulawesi

Burung ini endemik di Sulawesi dan kepulauan Sangihe. Panjang tubuh sekitar 12 cm. Paruh berwarna merah, mahkota berwarna biru. Udang-merah sulawesi menghuni hutan primer dan hutan sekunder yang tinggi. Terkadang menghuni hutan yang ditebang pilih.

Seriwang sangihe

Seriwang sangihe adalah burung endemik dari Pulau Sangihe yang terletak di bagian utara dari Pulau Sulawesi, Indonesia. Pertama kali diketahui hanya dari spesimen yang dikumpulkan pada tahun 1873, burung langka ini ditemukan kembali pada Oktober 1998 disekitar Gunung Sahendaruman di bagian selatan Pulau Sangihe. Makanan utama dari Seriwang Sangihe adalah serangga dan invertebrata kecil.

Maleo Senkawor

Tidak semua tempat di Sulawesi bisa ditemukan maleo. Sejauh ini, ladang peneluran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah geologi yang berhubungan dengan lempeng pasifik atau Australasia. Populasi hewan endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi khususnya daerah Sulawesi Tengah, yakni di daerah Kabupaten Sigi dan Kabupaten Banggai. (Fik-BS)