foto: Ist

Jika ingin keuntungan besar, umumnya orang berinvestasi di logam mulia berjenis emas. Namun jika Anda para hobies Arwana Super Red, Anda bisa mencoba dengan breeding ikan termahal ini. Dengan memelihara anakan saja, lalu menjualnya setelah besar, sama halnya  ‘berinvestasi emas’, palagi Anda dapat membudidayakannya. Meski juga ada resikonya, namun dengan ketekunan, kesabaran, dan keahlian khusus, pastinya tidak sedikit keuntungan yang Anda dapatkan. Berikut cara menangkar ikan Arwana pembawa hoki itu.

 

Pembuatan Kolam

Proses penangkaran induk Arwana sebaiknya dilakukan di kolam tanah berlempung (empang),  karena dapat menahan air dan mendukung pertumbuhan pakan alami. Kolam yang ideal berbentuk persegi panjang dengan ukuran minimal 10 x10 m2. Dasar kolam harus dibuat agak miring berbeda antara saluran air masuk dan air keluar, dansuplai air juga harus memenuhi kualitas, kuantitas, serta kontinuitas yang dibutuhkan.

 

Persiapan kolam sebelum diberi ikan antara lain; kolam harus dikeringan hingga dasarnya retak-retak, buat pengapuran dengan dosis 50-100 gram/m2, isi air kolam setinggi kurang lebih100 cm. Karena hujan deras dapat mengakibatkan perubahan mendadak kualitas air, dan untuk mencegah kematian ikan, ganti air (setelah hujan berhenti) minimal 30% dari total volume air. Pengelolaan kualitas air juga dijaga agar mendekati lingkungan alami habitatnya yaitu pH 6,8-7,5 dan suhu 27-29 C. Setelah air diisi kekolam tanah, jangan langsung dimasukan ikan, biarkan air diendapkan dalam beberapa hari. Lalu masukkan sepasang Arwana indukan (atau beberapa pasang untuk hasil produksi yang lebih baik).

Pemilihan Indukan

Pilih Arwana Super Red indukan yang berkualitas baik. Arwana betina mempunyai ovarium tunggal yang mengandung 20-30 ova besar dengan diameter rata-rata 1,9 cm dengan kematangan berbeda-beda. Sementara induk jantan dewasa juga mempunyai sebuah organ vital menyerupai testis.

Pembedaan jenis kelamin diketahui melalui bentuk tubuh dan lebar mulut. Arwana jantan mempunyai tubuh lebih langsing dan sempit, mulut lebih besar dan warna lebih mencolok daripada betina. Mulut yang melebar dengan rongga besar digunakan untuk tujuan inkubasi telur. Perbedaan lainnya adalah ukuran kepala jantan relatif lebih besar, sifat lebih agresif termasuk dalam perebutan makanan.

Proses Pemijahan

Pemijahan adalah proses menyatukan induk jantan yang sudah matang kelamin dan induk betina yang sudah matang gonad ke dalam satu kolam. Dalam masa pemijahan ini berlangsung selama beberapa minggu atau bulan, sebelum mereka mulai menjadi pasangan. Hal ini dapat diamati pada waktu malam, ketika ikan berenang mendekati permukaan air. Arwana jantan mengejar betina sekeliling kolam, terkadang pasangan membentuk lingkaran (hidung menghadap ke ekor pasangan).

Setelah ikan saling kenal dan menjadi pasangan, sang Jantan membuahi telur kepada ikan betina, hingga kemudian terjadi pelepasan sejumlah telur berwarna jingga kemerahan. Sang jantan  mengumpulkan telur tersebut di mulutnya untuk diinkubasi sampai larva (benih ikan) dapat berenang dan bertahan sendiri. Diameter telur 8-10 mm ini akan menetas sekitar seminggu setelah pembuahan. Setelah penetasan, larva muda hidup dalam mulut jantan hingga 7-8 minggu sampai kuning telur diserap total (masuk kedalam perut larva). Larva lepas dari mulut dan menjadi mandiri setelah ukuran tubuh 45-50 mm.

Inkubasi telur secara normal memang membutuhkan delapan minggu. Tetapi menurut Sriyadi, direktur PT Citra Arwana Ikan Hias Indonesia, untuk memperpendek waktu, bisa juga telur yang telah menjadi larva dapat dikeluarkan dari mulut pejantan satu bulan setelah pemijahan. Larva yang umumnya mencapai 25-30 ekor itu dikumpulkan dalam wadah plastik yang tetap berisi air dan diinkubasikan dalam akuarium.

Teknik Pembenihan

Proses inkubasi larva dalam aquarium ini memang agak sulit, butuh pengalaman dan ketelitian khusus, karena resiko kematian larva di sini tinggi. Larva diinkubasikan dalam akuarium bertemperatur air 27-29 °C dengan menggunakan pemanas thermostat dan oksigen terlarut 5 ppm (mg/ I) menggunakan aerator bukaan kecil.

Untuk mencegah infeksi akibat penanganan larva, dalam air dilarutkan Acriflavine 2 ppm. Menggunakan teknik pembenihan in vitro ini, Survival Rate (SR) yang didapat sampai tahap ikan dapat berenang adalah 90-100 %. Ada juga dengan teknik tradisional larva ditempatkan disebuah wadah dalam aquarium dan dialirkan air sehingga larva tersebut memutar perlahan agar tidak menempel pada dasar wadah. Inilah yang dilakukan Sriyadi.

Selama periode inkubasi, larva tidak perlu diberikan pakan. Beberapa minggu pertama selama kuning telur belum habis, biasanya larva hampir selalu berada pada dasar akuarium. Larva mulai berenang ke atas bertahap ketika ukuran kuning telur mengecil. Pada minggu ke delapan, kuning telur hampir terserap habis sehingga larva mulai berenang ke arah horizontal.

 

Pemeliharaan Larva

Larva yang sudah berenang bebas ini cenderung aman dari kematian, karena sudah dapat makan sendiri dengan pakan hidup yang dapat diberikan cacing darah atau anak ikan yang ukurannya sesuai bukaan mulut Arwana. Sementara larva yang telah mencapai panjang 10-12 cm dapat diberikan pakan seperti udang air tawar kecil atau runcah untuk mengimbangi kecepatan tumbuhnya. Kondisi ini jauh lebih aman dari kematian, karena sudah tergolong benih atau anakan.

Proses Pembesaran

Jika anakan Arwana ini sudah berusia dua-tiga bulan, arwana dapat dipindah kan di kolam semen untuk pembesaran, dengan pakan yang disesuaikan usianya. Bisa jangkrik, udang, ikan kecil, atau kodok. Usahakan anakan Arwana yang dibesarkan dalam kolam tidak terlalu banyak/ padat. Hal ini agar arwana dapat bergerak bebas dan mendapat asupan pakan yang cukup, sehingga dapat tumbuh berkembang dengan baik.

Di usia 5-6 bulan inilah Arwana siap Anda pasarkan dengan keuntungan yang relatif besar, ketimbang memasarkan anakan baru 10-12 cm. Tentunya, semakin besar Arwana yang Anda pasarkan, maka harga dan keuntungannya pun semakin tinggi. Dengan begitu Anda berhasil memiliki ‘lumbung emas’ dengan berusaha pada breeding Arwana. Selamat mencoba. (Fik/Wsn- berbagai sumber)