Seiring dengan makin  banyaknya  permintaan  burung kicauan yang sekarang masuk daftar  kelas Kontesan, bagi para pedagang menjadi keuntungan tersendiri apalagi semenjak BnR  mengangkat burung – burung lokal yang dahulu hanya di pandang sebelah mata , sekarang  sudah menjadi  Tren sebut saja Pleci salah satu burung yang di gandrungi kicaumania sekarang ini,  bahkan  tak hanya kalangan menengah ke atas, yang memburu burung yang kecil nan mungil ini akan tetapi para pemula yang punya kocek pas – pasan bisa mengkoleksi burung  yang satu ini sebut saja Kacamata ( Pleci) para pemula dan kalangan atas di buat  ke sengsrem sama  burung yang merakyat ini, bahkan harganya sekarang ini terus meroket yang tadinya  hanya Rp 5000 per ekor sekarang mencapai harga Rp 15000,- bahkan burung yang sudah mapan menjadi juara di arena lomba baik latberan maupun Regionalan harganya bikin heboh berkisar puluhan juta, makanya tak heran sejak BnR  muncul di ranah kicauan Tanah Air bisa mendongkak  perekonomian di seputar bisnis yang bergerak di bidang ini.

Edo pedagang pinggiran kota Bandung

Seorang  pedagang  kecil  Burung ocehan dari Bandung yang bernama Nana yang biasa di pangil Edo, Ia mangkal berjualan di kawasan Kopo dengan memakai roda dorong  menurut Nana keuntungan sekarang dari burung Ocehan terutama Pleci cukup menjanjikan Ia  bisa menyekolahkan  ke-2 anaknya  serta bisa membangun  sebuah rumah mungil  impianya. “ya sekarang saya bernapas lega, setelah  punya rumah, jadi saya tidak ngontrak lagi Mas” imbuh bapak dua anak ini.

“Untuk  hidup lebih layak dan sejahtera yang cukup sekedar makan dan  punya rumah biar kecil tapi punya sendiri itu perjuangannya tidak gampang mas, dari gak punya modal, dulunya kita pinjam sama orang demi untuk menyambung hidup dan anak istri bisa makan dengan apa adanya itu mulanya sangat getir, Berangkat jam 6.00 pagi dengan burung Cuma 7 ekor, itupun  ada  yang nitip untuk di jualin,” tambah Edo.

Inilah cerita lengkap sang Pedagang  burung pinggiran, yang mau berbagi kisah dengan Redaksi BnR.

“Waktu itu hari Rabu tangal 27 Desember  tahun  2002 awal saya jualan, awal jualan dari pagi sampai sore tidak ada penglaris mas, padahal perut sudah keroncongan belum di kasih makan. Sakit terasa badan ini karena makan cuman satu kali sehari setelah hari menjelang sore saya pulang kerumah dengan tangan hampa. Rasanya tak ingin pulang kalau sudah berusaha tak mendapatkan hasil, tapi saya tak habis pikir ya ngutang lagi sama teman mas buat makan anak istri, keesokan harinya saya berangkat lagi jualan  hari itu cuaca cerah burung daganganku ada yang laku  ya untungnya cukup buat bayar utang dan makan mas ya alhamdulilah ada rezeki. Sejak itu rasa percaya diri saya mulai tumbuh dan mengakar di hati saya, bahwa Tuhan  yang akan memberikan makan saya dan anak istri saya, asalkan kita mau ihktiar dan tak lupa berdoa. Hari demi hari saya lewati dengan suka cita meski panas sinar matahari serta hujan selalu menguyur  badan dan semua burung – burung yang saya jajakan. Maklum, yang namanya jualan pake roda  ga beratap ya” kalau ujan keujanan , panas ya kepanasan mas, namun perjuangan ku  untuk menatap masa depan yang lebih cerah  hari demi hari tlah kulewati bulan dan tahun terus berganti namun, tak membuat goyah keyakinan yang selalu di sertai Ikhtiar dan Do’a itu selalu saya jalani setiap hari di sertai kerja keras tak putus asa, hingga akhirnya saya bisa  hidup layak mas sekarang. Saya merasa berterimakasih kepada BnR yang Telah mengangkat burung – burung  Lokal  masteran menjadi burung  handal di arena lomba baik dari harganya  serta  pamornya makin  melejit  hingga saya bisa kebagian ke untungan dari Jualan Burung ini Mas”  Imbuh Nana mengahiri kisahnya sebagai pedagang burung pinggiran di Kota Bandung, sambil megang salah satu burung pleci jualanya.

(Iwan)