Dengan konsep menjaga keseimbangan hidupnya menyatu dengan alam dan juga melestarikannya, hobi Ikan arwana Komjen Pol (Purn) Drs Didi Widayadi, MBA ini membuahkan hasil luar biasa. Melalui PT Arwana Indonesia—peternakkan khusus Super Red—miliknya, ia pun kini mendapatkan gairahnya di dunia hobi arwana. Alhasil, mantan Kapolda Jawa Tengah dan Kepala BPKP itu, kini hidup nyaman dan sejahtera membangun kerajaan bisnisnya, hingga meraih kebebasan finansial dimasa tuanya.

Di tengah maraknya pejabat yang terlibat korupsi dewasa ini, tidak sedikit diantara mereka yang hidup menderita dimasa pensiunnya. Tak pelak, mereka harus hidup menjadi pesakitan di balik jeruji besi di akhir masa tuanya. Menyedihkan bukan? Namun berbeda dengan mantan jenderal polisi bintang tiga Didi Widayadi, pria yang pernah menjabat Kapolda Jawa Tengah dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ini, kini hidup nyaman dan damai dimasa purna tugasnya.

Didi Widyadi (Foto: Oky/ MediaBnR.com)

Didi Widayadi (Foto: Oky/ MediaBnR.com)

Lewat minat dan gairahnya di dunia hobi ikan arwana, kini Didi Widayadi bukan saja bahagia bersama anak dan cucunya. Tetapi ia juga bangga menikmati hasil bisnis dari hobinya itu. Bukan itu saja, kini ia juga tengah mengembangkan beberapa usaha lainnya yang masih di bidang pertanian dan perikanan. Keseimbangan hidup lahiriah dan batiniah Didi Widayadi ini tampaknya begitu damai, hingga bisa dikatakan ia mencapai kesempurnaan dalam hidupnya. Lalu, bagaimana ayah seorang anak dan juga memiliki seorang cucu ini berhasil meraih sukses dari hobinya itu dan kini membangun kerajaan bisnisnya?

Ditemui MediBnR.Com di sebuah pendopoh di kediamannya di bilangan Cibubur yang begitu asri dan sejuk beberapa waktu lalu, Didi Widayadi yang kini juga aktif sebagai Advisor Dewan Komisioner (Lembaga Penjamin Simpanan) LPS Bank Indonesia (BI) dan Ketua Badan Pengawas Eka Tjipta Foundation (ETF) milik Sinar Mas Grup ini, memaparkan bagaimana hobi ikan arwananya itu hingga membuahkan hasil.

Menurut pria yang akrab di sapa Didi ini, sebagaimana orang itu bisa mengimplementasikan ilmu dan amal, namun yang utama itu ia katakan, orang harus mengenali diri sendiri, yakni fitrah termasuk nurani dan juga passion (gairah) nya.

(Foto: Oky/ MediaBnR.com)

(Foto: Oky/ MediaBnR.com)

Di usianya yang kini lebih dari 60 tahun, Didi akui telah memiliki passion sudah sejak 10 tahun lalu di bidang pertanian dan perikanan. “Dimanapun saya bertugas di kepolisian, saya selalu mengarah kepada situasi yang santai dan berusaha menenangkan diri kepada alam sebagai balancing sebuah kehidupan dalam diri saya,” ujarnya. Termasuk juga hobinya dengan ikan arwana Super Red, karena hampir di setiap tugasnya sebagai Kapolda dan Kapolres di berbagai daerah beberapa tahun silam, ikan arwana Super Red selalu ada menghiasi ruang kerjanya.

Kesadarannya akan begitu banyak potensi alam yang luar biasa berlimpah yang diberikan Tuhan YME untuk manusia di bumi, namun menurutnya banyak orang yang tidak peduli. Bahkan tidak tahu bagaimana memanfaatkannya. Dari sanalah Didi kemudian berpikir dan mengeksplorasi apa yang menjadi keunggulan-keunggulan dari Indonesia. “Sebagaimana kita ketahui Indonesia itu banyak sekali keungulan dari Allah. Alam, air, katulistiwa dan mahluk-mahluknya juga. Tetapi dalam perjalanan hidup saya kerja itu sangat sedih sekali, kita selalu menggampangkan, hidup seenaknya. Sehingga produk-produk ungulan itu terbengkalai, malah lingkungan rusak. Saya sebagai polisi itu miris dan sedih, ” jelasnya menyayangkan.

Oleh karena itu baik secara pribadi maupun ketika Didi masih bertugas di kepolisian, ia selalu melakukan pendekatan hidup dalam alam, dengan membangun konsep community policing. Atau menurutnya bagaimana mempolisikan di masyarakat dengan menghargai alam dan lingkungan. Untuk itu ia membuat kebijakan seluruh polsek diberikan buku-buku seri dari Trubus. “Jadi melalui ilmu amaliah buku-buku pertanian dan perkebunan itu bisa berdialog degan masyarakat dan lingkungan dalam rangka pembinaan masyarakat,” katanya.

Karena ia berprinsip, jika masyarakat bisa menyatu dengan alam, maka kriminal dengan sendirinya akan tereliminasi. Begitu juga dengan pendekatan masyarakat agar cinta kepada lingkungan, maka tentunya masalah ekonomi, kemasyarakatan, dan pengrusakan lingkungan akan teredam dengan sendirinya. “Jadi memang waktu saya tugas dimana-mana itu selalu tanam pohon-pohon unggul dan ternak sapi, kambing etawa, dan juga bebek. Jadi lingkunganya seperti itu, sambil melakukan pembinaan masyarakat,” ungkapnya.

(Foto: Oki/ MediaBnR.com)

(Foto: Oki/ MediaBnR.com)

Sang Jenderal Arwana

Diakui Didi Widayadi, sebenarnya sejak sekolah dahulu ia bercita-cita ingin sekali masuk IPB, namun karena diajak kawan-kawannya masuk di kepolisian akhirnya ia pun harus mengemban tugas negara hingga akhir purna tugasnya sebagai Komisaris Jenderal (komjen) di kepolisian, “Karena sudah calon Kapolri, tetap calon, akhirnya saya minta berhenti pada tahun 2006. Ketika itu ditanya Kapolri, “Sudah siap belum? Saya bilang sudah. Ditanya lagi mau apa? Mau ternak ikan, saya jawab itu,” kenangnya berbincang bersama kapolri ketika itu.

Memang semasa tugasnya Didi Widayadi cukup dikenal sebagai penghobi arwana, maka waktu itu ia dikenal dengan julukan ‘Jenderal Arwana’. Namun ketika itu ia mengakui Presiden SBY memintanya untuk menjadi Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Disanalah ia menjabat Kepala BPKP selama tiga tahun, sambil melanjutkan bisnis peternakan arwananya. Akhirnya Didi pun berhenti untuk menikmati masa pensiun pada 2009 untuk fokus membangun ‘kerajaan bisnis arwananya’ melalui PT Arwana Indonesia.

Kini ‘Jenderal Arwana’ yang mengolah lahan 11 hektar miliknya di kawasan Pondok Ranggon, Cibubur, Jakarta Timur itu tumbuh subur dan asri. Banyak pohon besar dan taman yang indah di sekitar rumahnya itu dengan berbagai hewan peliharaan unggas. Ada ayam ketawa, ayam serama, ayam merak, dan berbagai macam jenis burung yang benar-benar menyerupai sebuah hunian yang asri.

Bukan saja penangkaran arwana Super Red yang berhasil ia ternakkan dan ia kembangkan di Cibubur, tetapi di atas lahan itu juga kini berkembang sebagai wahana rekreasi dan outbond serta kolam pemancingan Telaga Arwana, dan kolam renang anak yang setiap minggunya ramai didatangi para pengunjung baik turnamen mancing maupun para keluarga, yang ingin makan dan liburan bersama anak-anaknya.

“Di Cibubur ini orang bilang dulu nggak ada harganya, tempat jin buang anak. Jadi banyak ular dan lain-lain. Saya terpanggil seperti itu, saya melihat value di sini itu tahun 2005. Jadi ini bukan punya saya, ini punya Allah, saya hanya dititipi, maka saya harus rawat. Jadi cita-caita saya tidak akan jual tanah ini atau akan di rubah menjadi real estate,” kata pria yang juga pernah menjadi dosen Magiter Sosial Bisnis Enterprise di IPB ini.

Mulai Breeding Ikan Koi

Sukses dengan hobi arwananya yang kini menjadi breeder sukses Super Red, ‘Jenderal Arwana’ ini pun sejak 1,5 tahun lalu telah mengembangkan usaha breeding ikan Koi. Ikan koi yang mulai Didi ternakkan ini sengaja ia datangkandari Jepang. Karena menurutnya, koi import warnanya lebih cerah dan tubuhnya bisa lebih besar. “Untuk breeding-nya di sini (Cibubur red), tapi untuk pembesarannya itu di Gunung Salak. Saya punya tanah juga di sana 7 hektar, karena tanah dan airnya cocok di sana, keluar warnanya bisa bagus dan bisa cepat besar, itu sudah ada ribuan ikan di sana,” jelasnya.

(Foto: Oky/ MediaBnR.com)

(Foto: Oky/ MediaBnR.com)

Diakui Didi Ikan koi miliknya ini belum menghasilkan, atau belum ia pasarkan karena ia masih mencari mekanisme terukur seperti halnya ikan arwana miliknya.

Lalu mengapa tidak seperti arwana, ia menenernakkan ikan koi import asal Jepang, sementara Indonesia punya koi lokal? Menurutnya koi yang ada dari Blitar dan Sukabumi itu sudah miss breeding. “Koi kita (Blitar dan Sukabuni -red) itu juga tidak bisa besar. Kalau koi Jepang itu bisa sampai 1,80 m dan warnanya juga cerah bagus-bagus,” kilahnya.

Coba Budidaya Ikan Sidat

Meski belum memetik hasil yang signifikan dari ikan koi import yang Didi coba ternakkan, ia kini sudah mengembangkan lagi dengan mencoba membudidayakan ikan sidat (ordo Anguilliformes) adalah kelompok ikan yang memiliki tubuh berbentuk menyerupai ular yang habitatnya hidup di laut dalam. Di Jepang, ikan sidat memang cukup terkenal. Dagingnya dianggap lezat dan memiliki kandungan vitamin yang sangat tinggi. Sehingga, banyak restoran-restoran Jepang yang menjadikan sidat sebagai menu andalan, seperti Kabyaki dan Unadon.

(Foto: Oky/ MediaBnR.com)

(Foto: Oky/ MediaBnR.com)

Menurut Didi, ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi ini sebenarnya menjadi unggulan sendiri untuk Indonesia, tetapi orang kita kurang menghargainya. “Betapa tidak, ikan sidat ini manfaat kandungannya luar biasa besar, gizi dan proteinnya di atas sapi dan telur, juga lebih dari ikan Salmon,” katanya. Karena itulah ia akui merasa terpanggil apa yang tidak diperhatikan. Ia mencoba melakukan pemuliaan ikan-ikan unggulan Indonesia, dengan tujuan memberikan satu model menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

“Jangan hanya bisa instan, hanya bisa beli, tidak tahu satu proses, padahal Allah memberikan banyak pengetahuan untuk memberdayakannya. Jadi obsesi saya dengan passion saya, melalui Allah memberikan kemudahan dan kemurahan seperti ini, saya ingin bermanfaat bagi lingkungan. Karena manusia pun akan merasa nyaman kalau lingkungannya juga kita jaga,” paparnya.

Sukses Lewat Pensiun

Tidak pada beberapa ikan, mantan jenderal polisi bintang tiga ini juga telah mengembangkan peternakan kambing etawa di atas lahan miliknya seluas 8 hektar di bilangan Ciapus, Bogor, Jawa Barat yang juga ia tanami banyak pohon bambu di sana.

(Foto: Oky/ MediaBnR.com)

(Foto: Oky/ MediaBnR.com)

Menurutnya semua orang bekerja baik di biokrat dan dimana pun pada akhirnya dia akan pensiun juga. Tetapi kalau itu miliki sendiri, ia katakan tidak akan pernah pensiun, “Kalau pekerjaan itu milik sendiri nggak ada mati-matinya, artinya nggak ada pensiun,” tukasnya. Selain itu dalam hidup yang terpenting juga adalah persiapan untuk mati. “Karena orang pasti mati, jangan lupa orang itu juga perlu persiapan mati,” katanya mengingatkan.

Manusia boleh berencana, tetapi Tuhan jualah yang menentukan. Kata ini barangkali pas untuk menggambarkan cerita sukses sosok Didi Widayadi, meski kariernya di kepolisian dan birokrat, tetapi kesuksesannya justru ada pada hobi yang sebenarnya ia inginkan sejak sekolah dahulu. “Sebenarnya sukses saya ini tertunda, barangkali ini jalan dari Allah, saya harus masuk di kepolisian dulu, baru menjadi entrepreneur,” selorohnya mengakhiri pembicaraan. (Taufik Rakhmanto)