(Foto: ist)

(Foto: ist)

MediaBnR.Com – Dengan diangkatnya kelas cendet ditahun 2016 ini oleh BnR Satoe seiring juga bermunculan pemain cendet akar rumput, di Kota Semarang khususnya dibawah naungan Pandanaran SF yang berdiri belum genap satu tahun ini namun kiprahnya di ajang lomba sangat luar biasa. Tak perlu neko-neko istilah jawanya cukup mengandalkan kwalitas burung tak pandang even siapapun semua dijajakinya dengan penuh keyakinan, alhasil dengan niat tulus akhirnya dapat membuktikan jago polesannya beradu di kancah nasional. “Kita awali bentuk Pandanaran SF ini bagi mania cendet namun dengan berjalannya waktu banyak juga yang ingin gabung dengan berbagai macam jenis burung dan kita persilahkan gabung, dengan tekad yang bulat kita siap meramaikan gelaran lomba dengan menampilkan burung berkwalitas tanpa peduli siapapun jurinya, Dengan begini kita memberi semangat untuk kicaumania jangan sampai takut kalah digantangan hanya karena factor X yang sering kita jumpai di ajang lomba. Karena dengan kita mampu menunjukkan kwalitas jagoan kita maka rasa bangga akan muncul entah itu kita kalah sekalipun saat itu,” papar Teddy Bun punggawa Pandanaran SF Semarang.

Fajar Suruh – Butuh ketelatenan

Saya hanya pemain pinggiran yang mulai menggantang hanya dilatberan sekitar desa saya, namun setelah saya bergabung dengan Pandanaran SF disitu saya banyak belajar dan diberi motivasi yang besar sehingga muncul rasa percaya diri saya, Saya benar-benar belajar dari nol ditambah  saya diberi kepercayaan memoles cendet jagoan milik Pandanaran SF bertambah pula semangat saya mencetak jawara di lapangan. Bagi saya merawat burung saya berpedoman dengan para orang tua kita terdahulu memelihara burung dengan cara rutinitas waktu yang tepat, kapan saatnya diberi makan, dijemur, dan sebagainya akhirnya burung akan terbiasa dengan situasi yang rutin dilakukan. Untuk pengkondisian dilapangan sangat diperlukan latihan karena dengan dilatih kita akan mengetahui sisi kekurangan burung kita untuk dicari kerja maksimalnya. Beberapa burung yang saya pegang Sadis, Roxette, Kaesang, Nada Dakwah, dll.

Teddy Bun ketua Pandanaran SF

Teddy Bun ketua Pandanaran SF

Fajar Suruh sabar dan telaten kunci utamanya

Fajar Suruh sabar dan telaten kunci utamanya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Doni Gosh Semarang – Harian jangan di makismalkan Extra Foodingnya

Saya mungkin bisa dibilang masih seumur jagung terjun di dunia perburungan, belum ada satu tahun sih saya tertarik setelah ikut ngumpul dengan Pandanaran SF disitu saya mulai tertarik awalnya hanya driver kemana mereka lomba lama-lama saya tertarik dengan cara mereka setting burung jawaranya masing-masing dengan gaya dan cara yang berbeda. Dari situlah saya dipercaya pegang Black – Out sampai sekarang ini hampir 80 prestasi berhasil ditorehkan berkat tangan dingin saya, Di sini saya berkesimpulan kunci utamanya hanya di hariannya jangan terlalu di maksimalkan pemberian extra foodingnya. Biar dirumah jarang bunyi dan volume standart aja namun dilapangan berbalik dengan hariannya akan lebih strong istilahnya. Dengan metode ini kita setiap saat bisa berangkat ke lomba dengan posisi mendadakpun oke.

Priyo Utomo perlu pahami masing-masing cendet

Priyo Utomo perlu pahami masing-masing cendet

Doni Gosh-jangan di forsir menu hariannya

Doni Gosh-jangan di forsir menu hariannya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Priyo Utomo – Perlu pahami karakternya

Baru hitungan bulan saya mulai terjun ke dunia lomba burung, setelah bergabung dengan Pandanaran SF. memang sejak SD saya sudah pelihara burung cendet, bermula dari saya dapat dijalan sarang berisi 1 cendet yang masih anakan belum bisa terbang saya bawa pulang saya beri makan vor dan belalang yang ada dihalaman rumah saya. Dengan berjalannya waktu cendet itu beranjak dewasa dan akhirnya bisa bunyi dengan bisa menirukan suara burung lainnya gembiranya hati ini melihat burung peliharaan bisa bunyi, terbesit rasa bangga bisa menjadikan burung bisa bunyi dengan varian lagu yang dimilikinya. Kini saya mulai belajar untuk dapat menampilkan burung cendet dilapangan, untuk itu saya dipercayakan memoles Movistar dan Santana. Untuk Santana memang benar –benar burung bahan belum pernah juara di gelaran lomba, pertama kali saya coba dilatberan terkendala banyak ngetemnya. Saya cari dan cari stelan pasnya agar tidak ngetem akhirnya saya temukan dengan cara sebelum digantang dibuka dulu dipinggir sampai burung bunyi baru dikrodong kembali, akhirnya kini Santana mempunyai durasi yang full setiap kali turun lomba. Dari pengalaman ini dapat saya petik perlunya memahami karakter burung agar tampil di lapangan. (LaMbanK)