Panitia Lapak Nagreg Ogah Menggelar Lomba Nasional Kembali

Panitia Lapak Nagreg Ogah Menggelar Lomba Nasional Kembali

Bandung (MediaBnR.Com) – Kesuksesan lomba nasional Vitarest Cup II, Sabtu-Minggu (24-25/9) di lapak Gambreng Nagreg patut diacungi jempol. Meski dana operasional membengkak, hingga mencapai 26 juta (melebihi operasional anniversary lapak PSL dua tahun lalu), namun untungnya raihan peserta yang mencapai 540 dan DU 140 bisa menutupi pembengkakan dana operasinal tersebut.

Dana operasional yang sangat tinggi di lapak Gambreng Nagreg, tidak sebanding lurus dengan operasional di lapak lain. Lapak PSL Bandung misalnya, meskipun berada di kota, dana operasional untuk lomba nasional hanya Rp 20 juta. Pun demikian di Jawa Tengah, menurut Edi SK, Ketua Pengda PMTI Jateng, maksimal dana operasional di lapak-lapak Jawa Tengah adalah Rp 18 juta dan ini sangat tidak wajar. Dalam posisi untung investor dengan tenang bisa menutupi kekurangan. Namun sebaliknya apabila dalam posisi rugi, akankah investor berlapang dada menutupi pembengkakan itu.

Yang sangat menonjol, pembangkakan operasional terlihat dari perizinan mulai dari RT, RW, desa hingga kepolisian. Di lomba Vitarest Cup II (lomba nasional total 70 juta) untuk dana perizinan dan koordinasi mencapai Rp 5 juta lebih. Apalagi kalau lomba anniversary kemungkinan perizinan akan sangat membengkak, karena perizinan di  lapak Nagreg disesuaikan dengan total hadiah lomba. Bisa-bisa mencapai 15 juta lebih terlepas benar atau tidaknya dana perizinan ini. Sangat ironis memang, bila dibandingkan dengan dana operasional di lapak-lapak lain. Hal ini perlu ditelusuri dan dibenahi karena ditakutkan di tempat lain mengikuti jelak lapak Nagreg. Kalau tidak, kemajuan merpati tinggian akan akan sulit berkembang karena terkendala izin lomba yang sangat tinggi.

Gila! Biaya Izin Lapak Nagreg Mencapai Rp 10 Juta

Gila! Biaya Izin Lapak Nagreg Mencapai Rp 10 Juta

Menurut Oceng AHS, Ketua Lapak Gambreng, Vitarest Cup II ini adalah lomba yang terakhir yang ia garap di lapaknya. Bahkan untuk lomba anniversary pihaknya angkat tangan. “Untuk lomba nasional ataupun anniversary kami angkat tangan. Silahkan kalau ada yang mau menggelar di lomba lapak Nagreg, kami terbuka. Kepanitiaan pasrahkan kepada kami. Sementara perizinan urus sendiri mulai dari RT, RW, desa hingga kepolisian. Soalnya, kepolisian saja untuk lomba Anniversary (total 150 juta) izinnya mencapai Rp 10 juta,” ujarnya.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu analogi yang tepat. Sangat disayangkan memang, lapak Gambreng yang notabene sudah dikenal dan nyaman untuk dipakai lomba nasional. Kini panitia ogah menggelar lomba nasional karena terbentur dengan perizinan yang sangat besar. Bahkan untuk ukuran lomba anniversary di lapak ini kemungkinan bisa mencapai Rp 30 juta lebih dan itu sudah tidak sebanding dengan lomba di lapak-lapak lain.

Tempat Start Alias Lot, Jadi Masalah

Usai lomba nasional Vitarest Cup II, banyak cibiran mengenai jalannya lomba terutama masalah tempat start alias lot. Sebelum lomba dihelat, dua bos team besar saling tarik ulur masalah start. Yang satu menginginkan lotnya sama dengan saat lomba nasional perdana, satunya lagi menginginkan lotnya dipajukan. Meski panitia mengambil alternatif diantara keduanya (tengah-tengah), namun burung yang datang sama seperti lot yang dipajukan. Itu artinya, mania andhokan yang setuju dengan lot nasional pertama pada kecewa karena burungnya tidak jalan. Bahkan beberapa mania lokal pun banyak yang keceewa dengan dipindahkan lot tersebut. Banyak mania lokal yng tidak ikut lomba.

Beberapa team menyatakan tidak akan lagi ke lomba di lapak Gambreng Nagreg kalau lotnya tidak saat lomba perdana. Dick Broiler dan Lodaya misalnya, menginginkan bila ada lomba nasional lagi di lapak Gambreng menginginkan lotnya sama seperti lomba nasional perdana. Kalau tidak, pihaknya tidak akan datang lagi. Sangat terlihat memang perbedaan karakter yang juara tembus sepuluh besar di dua lomba nasional Nagreg. Di nasional perdana, didominasi oleh burung tinggi dan manuver, sementara di nasional kedua (lot dipajukan) didominasi oleh burung jablay.

Tempat Star Alias Lot Jadi Masalah Krusial

Tempat Star Alias Lot Jadi Masalah Krusial

Kalaulah nanti ada kembali lomba nansional di lapak Nagreg, mania andhokan tinggal memilah-milah lot mana yang digunakan. Kalau menggunakan lot lama (nasional pertama) perbanyak bawa  burung manuver. Pun demikian sebaliknya, kalau lot saat kemarin, perbanyaknya burung “jablay” karena di lot ini burung loncat ini jalan dan itu terlihat dari hasil juara lomba nasional kemarin meski yang juara burung manuver, namun sepuluh besar didominasi burung “jablay”. Jadi tidak perlu repot, tinggal pilih saja.

Tasikmalaya dan Bogor Bisa Jadi Alternatif

Selain lapak Nagreg, lapak Ciurubuk Tasikmalaya dan lapak Jungle Bogor bisa menjadi alternatif menghelat lomba akbar Anniversary 2016. Di lapak ini, mania lokal sangat antusias mengikuti  lomba. Dari data yang ada, di kedua lapak ini pesertanya tembus di atas 550 saat lomba nasional. Artinya, sangat bagus dukungan dari mania lokal dan layak untuk digunakan tempat lomba akbar anniversry. Namun, itu juga tergantung kesiapan mania lokal sendiri. Soalnya, hingga saat ini PMTI telah menggelar dua kali lomba anniversary, namun hasilnya kurang memuaskan dari segi raihan peserta alias investor selalu menanggung kerugian.

Subsidi Dari PMTI?

Menghelat lomba akbar anniversary memerlukan biasa operasional yang tidak sedikit. Total hadiah Rp 150 juta dengan double poin. Pendaftarannya pun sangat besar dan itu sangat riskan untuk pemain lokal. Untuk mengatisipasi hal tersebut, beberapa mania mengatakan untuk lomba Anniversary PMTI harus memberikan suntikan dana. Subsidi dari PMTI ini diharapkan bisa menutupi kekurangan operasional dan kerugian lomba. Namun hingga saat ini subsidi dari PMTI masih wacana. Para pengurus teras PMTI masih memilah-milah mana tempat yang layak digunakan sebagai tempat lomba Anniversary 2016 awal bulan Dessember mendatang. (saeful milan)