mediaBnR,- Beredar kabar miring tentang penailain juri yang kurang fair play di salah satu lomba di Tasikmalaya akhir-akhir ini mengundang banyak reaksi. Buntutnya, banyak konstestan terutama luar kota yang enggan kembali menggantang dilomba-lomba di Tasikmalaya. Dan itu, akan menjadi kerugian bagi perkembangan ocehan di Tasikmalaya.

Perlu adanya regenarsi juri-juri di Tasik agar terhindar dari oknum juri nakal

Arif British, salah satu peserta yang juga penonton yang menyaksikan gelaran lomba di Tasikmalaya itu membenarkan adanya unsur ketidakfairplayan juri dalam menilai burung. “Kemaren lomba di lapangan Antum, gobras, Tasikmalaya sangat terlihat jelas, ada juri yang bermain. Kacamata saya sebagai penonton yang layak menjadi juara adalah no gantangan 5 dan 12 dan no 60, tapi kenyataannya berbeda di lapangan,” ujar Arif Britis.

Kalau penialain juri-juri Tasik masih begini, kata Arief Britis, akan merugikan EO-EO yang ada di kota Tasik. “Bukan hanya kontestan luar kota yang malas datang berlomba di Tasik, konstestan dalam kota Tasik pun sudah pada malas. Ya itu karena, penialain juri-jurinya tidak fair play,” sebuat Arief.

Sementara itu, Jay, salah satu juri asal Jakarta yang bertugas di lapangan membenarkan adanya beberapa juri yang menggiring untuk memberikan koncer pada salah satu burung. “Ada beberapa gantangan yang saat itu boleh masuk nominasi, namun menurut saya hanya nomor 5 yang layak mendapatkan koncer merah. Hanya saya yang memberikannya, sementara juri lain ada yang memberikannya ke no gantangan 12 dan 21,” ujar Jay.

Agus Gusti, Even Organozer yang kemaren menggelar lomba dilapangan Antum juga merasa di dzolimi. Padahal, sebelumnya, kata Agus, para juri sudah dibreefing dulu sebelum lomba. “Sebenarnya kami sebagai EO ingin menggelar lomba yang fairplay, namun kenyataan di lapangan sangat berbeda. Dan, kejadian di lapangan Antum kemaren menjadi pelajaran bagi kami sebagai EO untuk memilih juri mana yang nanti harus dipakai,” ujar Agus.

Kalau misalnya, juri-juri Tasik itu tidak mendengar breepingan dan arahan Even Organizer, salah satu jalan keluarnya dalah dengan meregenerasi juri-juri yang ada di Tasikmalaya, agar lomba-lomba di Tasikmalaya kembali bersih dari oknum-oknum juri yang bermain.

“Ada beberapa solusi ke depannya, pertama bila ada lomba di Tasik semuanya menggunakan juri luar kota dan kedua adalah dengan meregenasi juri-juri yang ada di Tasikmalaya,” pungkas Agus.  (saemilan)