sistem nominasi yang ditulis di papan diharapkan sebagai transparansi panitia

Sistem nominasi yang ditulis di papan diharapkan sebagai transparansi panitia (Stefanus-BnR)

Sidoarjo (mediabnr.com) – Sejak sukses mengadakan studi banding dan pemantapan juri di internal GTC Gresss serta diikuti dari peserta luar anggota baik Surabaya, Sidoarjo bahkan dari Samarinda. Panitia GTC Gresss yang dimotori Dwi Wahyu kini semakin memantapkan diri untuk menjadi EO yang mengutamakan independensi di dalam struktur keanggotaan khususnya divisi juri.

Pasca membekali juri GTC Gresss di acara studi banding dan pemantapan juri beberapa waktu lalu. Beberapa perubahan terlihat pada latber Minggu (8/6). Diantaranya adalah penerapan bendera khusus penanda burung mbagong atau mebedesi di kelas kacer. Pasalnya, selama ini adat yang sudah lama melekat di benak kicaumania bahwa kacer mbedesi atau mbagong saat lomba tidak memiliki harapan untuk juara. Di GTC Gresss, sejak pekan kemarin sistem bendera kecil dirobohkan karena kacer mbagong sudah tidak berlaku. Melainkan diganti dengan bendera khusus yang menandakan bahwa kacer tersebut mbagong. “Saya sempat keliling, banyak peserta yang merespon positif,” kata Wiyoto Prayogo yang lebih dikenal Mr. Dis.

Selain itu, sistem tranparansi yang sedang dibangun GTC Gresss saat ini terbilang sukses. Seperti nominasi nomer gantangan yang tertulis di papan di dalam gantangan dan bisa langsung dilihat peserta. Sistem rekap juri disobek di tempat pun sukses diterapkan ketika seluruh juri GTC Gresss membawahi lomba di Pamekasan, Madura.

Untuk melihat daftar juaranya Klik Disini…

Dwi Wahyu ketua panitia GTC Gresss siap membawa armadanya ke arah yang lebih independen

Dwi Wahyu ketua panitia GTC Gresss siap membawa armadanya ke arah yang lebih independen(Stefanus-BnR)

Disamping sukses membuat gantangan GTC Gresss tanpa teriak, baik menyebut nomer gantangan atau pun nama juri. Panitia akan terus berbenah untuk menjadikan GTC Gresss sebagai EO yang mengutamakan ke-independensi-annya dan sistem transparansi yang mampu terjaga dengan baik. “Disamping memiliki pengetahuan dan teknis penilaian. Kami ingin mendidik juri agar jujur, tegas dan berwibawa. Tujuan kami agar bisa menghapus kesan negatif di mata para pemain,” kata Dwi Wahyu pada BnR.

Pada kesempatan itu, Dwi Guru yang sempat menjadi narasumber di studi banding dan pemantapan juri di GTC Gresss beberapa waktu lalu. Di latber pekan kemarin mendampingi saat penjurian dan memberikan evaluasi usai gelaran. Dia menegaskan, dengan diadakannya acara tersebut, selanjutnya diharapkan juri yang lahir dari GTC Gresss mampu membawa perubahan positif pada dunia perburungan dalam hal ke-independensi-annya selama menyandang sebagai juri burung berkicau. “Komitmen dan tindakan sangat dibutuhkan untuk mengembalikan harkat martabat juri,” ujarnya. (stefanus)