edit mediabnr

Pelepasan burung ke alam, diwakili dari elemen masyarakat

Untuk kesekian kalinya BnR Indonesia dipercaya instansi pemerintah dalam program konservasi. Kali ini  Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa Yogyakarta (BKSDA DIY), menggandeng BnR JogJa dalam tema yang unik, yaitu Festival Satwa Hasil Penangkaran bertajuk “Melaraskan Konservasi dan Budaya”. Keunikan ini bagian dari ide cemerlang untuk menarik animo masyarakat Jogja akan konservasi yang saat ini marak digalakkan, terutama dalam bentuk bantuan untuk usaha penangkaran. Keunikan lain,  yaitu penggabungan konservasi dengan budaya kearifan lokal, yaitu dipilihnya lokasi di Cagar Alam Gunung Gamping, tempat yang sangat bersejarah, karena dari sanalah Kraton Yogyakarta saat itu dirintis oleh Sultan Hamengkubowono I.

Kondisi alam saat ini sungguh berbeda dengan 20 tahun lalu, pada saat itu dari pagi hingga sore, begitu mudahnya mendengarkan kicauan burung di pepohonan sekitar rumah. Namun saat ini, perburuan satwa kian marak, tidak saja di sekeliling rumah, namun sampai masuk ke hutan pedalaman pulau Sumatra, sehingga kicauan burung di pagi hari kian langka.  Hal ini menjadi perhatian Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa Yogyakarta (BKSDA DIY), yang menyadari adanya peningkatan jumlah penggemar hobi kicauan burung, yang masih menggantungkan dari perburuan burung dari alam, mendorong aspek jual beli dengan cara yang ilegal.

Dalam upaya terus menjaga kelestarian alam saat ini, BKSDA DIY merumuskan berbagai program penyelamatan satwa, terutama pada satwa dilindungi, salah satunya mengumpulkan penangkar, penghobi kicau dan pedagang satwa pada acara  Festival Satwa Hasil Penangkaran tanggal 3 – 5 November 2017 di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Gamping Sleman, Yogyakarta, dengan menggandeng BnR Jogja sebagai pelaksana untuk beberapa kegiatannya.

Kepala BKSDA Sleman, Ir. Yunita, MT dalam sambutannya di festival, menyampaikan bahwa saat ini ada 30 penangkar yang terdaftar resmi di BKSDA, sehingga masih berpeluang bagi masyarakat yang ingin menekuni penangkaran sebagai wirausaha untuk meningkatkan kesejahteraan, karen jumlah itu belum sebanding dengan derasnya demand  dari penggemar burung berkicau, sehingga masih berpeluang bagi masyarakat yang ingin menekuni penangkaran sebagai bentuk upaya berwirausaha serta meningkatkan pendapatatan, dengan sistem budidaya yang sistematis.

edit media bnr2

Kiri-kanan : Ipan Pranashakti (BnR News) Yunita (Kepala BKSDA DIY) dan Sekretaris Dinas Pariwisata Yogya

“Bahkan BKSDA DIY juga bekerjasama dengan POLDA DIY untuk menindak adanya perburuan satwa di kawasan dilindungi, juga  untuk melakukan penindakan terhadap satwa dilindungi yang dijual secara bebas, terutama melalui media online”, tambah Yunita di sela acara Festival Satwa Penangkaran.

Festival ini tidak luput dari perhatian dari salah satu anggota DPRD Bantul, HR. Ichwan Tamrin, SE yang juga hadir dan sempat menyampaikan secara lisan kepada media, di sela kunjungannya,  “Saat ini pemerintah juga sudah menyediakan dana dan program untuk menumbuhkan semangat menangkarkan berbagai satwa, termasuk yang dilindungi, agar tidak lagi marak perburuan satwa langsung ke hutan. Ini jelas sebagai upaya peningkatan jumlah pengangguran dan entrepreneurship”.

Berbagai acara menghiasai Festival Satwa Hasil Penangkaran yang bertajuk “Melaraskan Konservasi dan Budaya” ini,  antara lain Saparan Bekakak yang menjadi even tahunan di kawasan Cagar Alam Gunung Gamping. Selanjutnya, disusul acara kenduri kampung, pameran konservasi, lomba burung kicau hasil penangkaran, pelepasan burung tidak dilindungi seperti kacamata, perenjak, cinenen, merbak terucuk, kutilang, cipoh kacat, sepah kecil,  sarasehan kisah sukses penangkaran, sarasehan sejarah dan budaya Gamping dan lomba mewarnai, menggambar tingkat Sekolah Dasar.

Dengan adanya kontes burung berkicau hasil penangkaran diharapkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas satwa hasil penangkaran, tentu didukung dengan lingkungan, nustri dan sistem yang memadai. Dalam festival ini, secara simbolis juga dilakukan penyerahan 30 ekor Jalak Bali hasil penangkaran, yang selama ini tergabung dalam penangkar binaan BKSDA DIY. Selanjutnya, 30 ekor Jalak Bali hasil penangkaran akan dikirim ke Taman Nasional Bali Barat.

“Ya, ini bukti kepercayaan instansi kepada BnR, sehingga dalam festival ini, BnR Jogja digandeng BKSDA DIY, untuk bersama-sama mewujudkan misi pelestarian burung di wilayah Yogyakarta ini. Saya pribadi ini even spesial, karena lokasi kontes dan lombanya adalah tanah sakral, awal berdirinya Kraton Yogyakarta”, ungkap Iful Sugara, selaku Ketua Panitia  Konten dan Lomba Kicau, yang merupakan salah satu rangkaian dari festival ini.

Secara keseluruhan, dari kegiatan ini nantinya diharapkan adanya peningkatan peran serta masyarakat dan menumbuh kembangkan kegiatan penangkaran satwa liar. Dengan demikian dapat mengurangi ketergantungan hasil tangkapan dari alam. Tentunya dari aspek ekonomi dapat juga juga berdampak positif pada peningkatan ekonomi masyarakat. (ipan/foto sokle)

media bnr 3

Haji Raden Ichwan Thamrin SE, anggota DPRD Kabupaten Bantul