Heru dan Penangkarannya (Foto: Dani/MediaBnR.com)

Heru dan Penangkarannya (Foto: Dani/MediaBnR.com)

Jember (MediaBnR.Com) – Dengan meningkatkan harga jual burung murai batu, membuat sebagian pecinta lomba burung berkicau utamanya jenis murai, mulai mencari cara untuk mempertahankan gelar juara burungnya dengan berbagai cara, salah satunya dengan menangkarkannya. Karena selain bentuk tubuh yang indah berwarna hitam dan coklat, dengan ekor yang panjang, serta suara yang indah membuat burung murai dicintai serta di minati di kalangan kicaumania. Sayangnya burung tersebut tidak bisa dimiliki oleh semua pecinta kicau, karena harganya cukup lumayan mahal.

Kesempatan ini tidak dilewatkan oleh Heru, salah satu team dari Legenda SF blok timur. Berdomisili di kabupaten Jember, Jawa Timur tepatnya Desa Silo. Selain sering bermain lomba burung mewakili Legenda SF, Heru  yang biasa akrab disapa Heru kicau ini mulai berternak mura batu. Berawal dari satu burung yang sering dilombakannya dan sering moncer. Samurai gacoan Heru di Kelas Murai Batu mulai dicarikan betina, guna diternak untuk diambil turunanya. Karena menurut dia murai berkualitas itu diperoleh dari indukan yang bagus, tentunya yang sering juara apabila dilombakan.

Bermodal ketekunan dan sedikit keberuntungan, penangkaran yang berawal dari sepasang indukan ini semakin lama semakin berkembang hingga akhirnya menjadi sembilan pasang indukan, “Yang utama adalah mau bertanya kepada para ahlinya dan orang-orang yang berpengalaman. Dari bertanya tersebut semakin lama saya mulai memahami karakter penjodohan murai batu. Tentu saya gabungkan juga dengan pengalaman saya sendiri,” ungkapnya.

Penangkaran yang dimulainya sejak tahun 2012 tersebut kini bisa dikatakan menjadi maskot dalam penangkaran murai batu di daerahnya. Sampai sekarang Heru sudah memiliki sembilan pasang indukan murai batu medan. Dari semua indukannya sekarang Heru sudah bisa merasakan jerih payahnya setelah sekian lama, karena anakan murai dari ternakan Heru sudah banyak di pesan oleh pemain di kawasan timur.

Penangkaran (Foto: Dani/MediaBnR.com)

Penangkaran (Foto: Dani/MediaBnR.com)

Sedikit tips dari Heru tentang ternakkannya, kalau masa penjodohan sudah banyak orang yang tau yang penting bagi dia masalah makanan yang harus diperhatikan. Pakan dari burung-burung di penangkarannya adalah jangkrik, kroto dan ulat kandang. Voer tidak diberikan selain karena tidak pernah dimakan juga disebabkan kepercayaan bahwa burung dengan pakan alami dengan komposisi yang sesuai akan menghasilkan anakan yang lebih banyak dan lebih sehat.

“Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kondisi burung, tidak bisa disamaratakan. Burung yang bertelor berbeda menu pakannya dengan burung saat belum bertelor,” ungkapnya. Pakan burung yang belum bertelor adalah kroto dua sendok, jangkrik 30 ekor pagi dan 10 ekor sore, ulat kandang dua sendok makan. Sedangkan saat bertelor kroto dihilangkan, jangkrik dikurangi menjadi 25 ekor dan ulat kandang tetap diberikan.

Salah Satu Indukan Milik Heru (Foto: Dani/MediaBnR.com)

Salah Satu Indukan Milik Heru (Foto: Dani/MediaBnR.com)

“Pengurangan pakan saat burung bertelor bertujuan untuk mengurangi birahi, karena jika burung birahi biasanya telor dibuang. Nah, saat burung menetas pakan ditambah menjadi dua kali lipatnya. Misalnya jangkrik menjadi 60 ekor, kroto full dan ulat kandang masih dikonsumsikan,” terangnya. Burung biasanya akan menetas setelah dierami selama dua minggu, kemudian akan dipanen setelah piyikan menginjak usia seminggu dan piyik sudah bisa diberi ring.

Setelah pemanenan sang induk diberi pakan biasa, yaitu kroto dua sendok, jangkrik 30 ekor pagi dan 10 ekor sore serta ulat kandang dua sendok. Begitu seterusnya hingga saat indukan bertelor lagi. “Biasanya seminggu kemudian si betina sudah bertelor lagi dan tentu pakannya disesuaikan lagi,” tambahnya.

Piyikan Umur 2 Bulan (Foto: Dani/MediaBnR.com)

Piyikan Umur 2 Bulan (Foto: Dani/MediaBnR.com)

Menurut Heru, masa paling rawan adalah saat penyapihan piyikan dari sang induk hingga piyikan berumur sebulan, karena pada masa-masa itu sering terjadi kematian piyik. “Memang masa paling sulit adalah saat piyikan diambil dari induknya, apalagi jika cuaca dingin saat musim penghujan seperti sekarang. Tapi setelah piyikan kita beri vitamin bayi dan diberi penghangat tingkat kematian sudah bisa ditekan, cuman itu yang bisa saya sarankan” tegasnya.

Apa yang di lakukan Heru mudah-mudahan bisa menjadi contoh para kicaumania lainnya, agar burung yang kita sayangi tidak mengalami kepunahan dikemudian hari. (Danz)