Suasana Lomba yang Kondusif

Suasana Lomba yang Kondusif

MediaBnR.Com – Akhir – akhir ini kita lihat peserta yang bersikap anarkis itu bukanlah kicuamania tapi hanya peserta lomba. Berbeda seorang kicaumania dengan peserta lomba yang anarkis dan tidak bisa disamakan. Karena kalau seorang kicaumania tidak akan pernah melakukan sikap anarkis di lapangan lomba burung. Lapangan burung adalah tempat yang sakral bagi seorang kicaumania sejati dalam dunia burung ini. Seperti yang disampaikan oleh bapak perburungan kita yang kita cintai

“Bukan itu bukan Kicaumania karena kalau Kicaumania sejati tidak seperti itu kelakuannya. Karena dalam dunia burung ini ada namanya etika. Kadang lucunya peserta yang protes banyak hal yang sering kita lihat. Tapi kalau aku lihat karena peserta banyak yang tidak tahu burung dan tidak tahu pakem penilaian burung. Jadi merasa burungnya yang harus menang tanpa tahu dan tidak mau tahu dengan burung yang lain,” kata Bang Boy dengan muka yang serius.

Memang kalau kita lihat yang menuai protes banyak peserta baru yang baru tahu burung. Selalu terprovokasi dengan pemain lama yang tidak berani tampil di muka. Wah itu burungya harusnya menang! Wah itu Juri nya nggak bener tu! Kata – kata ini pasti selalu akan didengarkan oleh peserta di kanan kiri saat lomba berlangsung. Belajarlah untuk menahan diri kalau mendegar kata – kata seperti ini. Karena kalau kita mau bicara fair play secara jujur peserta lomba saja banyak yang tidak fair play. Mengapa banyak peserta lomba tidak bisa fair play saat mengikut lomba?

Pemain Protes (Foto: Dok. MediaBnR.Com)

Pemain Protes (Foto: Dok. MediaBnR.Com)

“Jarang ada bukan tidak ada peserta yang berjiwa fair play di dalam lomba burung. Coba lihat di lomba kalau burungnya nggak kerja diam tau – tau burung bekerja teriaknya kayak leher mau putus. Burung nggak masuk protes burung kerja kayak gitu nggak masuk . Tapi apa dia mau bicara jujur wah burung aku telat kerjanya? Ini contoh kasus yang membuat protes peserta lomba karena tidak jujur meihat burung sendiri!” kata Pendiri Yayasan BnR.

Kejadian yang disampaikan oleh Bang Boy memang sering sekali kita lihat di lomba burung. Sekarang silahkan peserta lomba menjawab dengan hati nurani, apakah pernah mengakui kekurangan burung sendiri saat burung dilombakan?”

Sepertinya sangat jarang yang ada burungnya yang paling bagus dan paling layak. Terus kalau semua mengatakan burung masing – masing paling layak. Burung siapa yang pantas dan paling layak saat lomba itu? Memang tidak terlepas kinerja juri juga membuat peserta protes tapi bukan tempat sakral di lomba burung dirusak. Bertanyalah dengan baik – baik ada tata caranya dan memang burung yang dipertanyakan memang layak. Jangan bicara karena keinginan sendiri dan penilaian diri sendiri burung itu layak.

“Kadang aku sendiri di dalam lapangan melihat burung satu – satu ada aja yang protes buat aku geli. Di depan mataku burung biasa – biasa aja malah nanyanya sama aku sendiri. Jelas akan langsung aku jawab apa kekeurangan burung tersebut. Karena aku tidak pernah tendeng aling – aling bagus ya bagus, jelek ya jelek,” kata Bang Boy.

Tapi kembali semua ada di dalam diri kita masing – masing dan keinginan kita masing – masing. Kalau ingin dunia burung ini maju berbenahlah dalam diri sendiri dulu. Jangan suruh orang untuk fair play kalau kita sendiri saja belum bisa fair play. (reika)