Berawal karena kecintaanya terhadap burung berkicau, H. Didi Rosidi yang berdomisili di Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang ini mencoba peruntungannya menangkarkan burung murai batu (Copsychus Malabaricus) untuk dijadikan peluang bisnis yang sangat menggiurkan.

H.Didi Rosidi bersama anakan Murai Batu hasil penangkarannya_

H.Didi Rosidi (kiri) bersama anakan Murai Batu hasil penangkarannya (Foto: Ari Segoro/Mediabnr.com)

H. Didi Rosidi baru memulai penangkaran murai batu pada 2011 lalu. Dan dipilihnya burung murai batu karena jenis ini mempunyai magnet tersendiri di kalangan kicaumania, karena sangat identik memiliki ciri khas spesifik dengan menonjolkan sifat fighter-nya yang sangat kentara. Ditambah lagi dengan membanjirnya permintaan pasar, membuat dirinya semakin tekun dan telaten dalam menangkar si burung berekor panjang ini.

Sosok yang terkenal ramah ini,mengaku kunci kesuksesan penangkaran burung ini dari ketekunan, walaupun secara otodidak, dirinya sering bertanya dengan orang-orang yang sudah berpengalaman, terutama tentang penjodohan murai batu. Dari bertanya itulah digabungkan dengan pengalaman pribadinya sehingga menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga.

Kandang Penangkaran Lovebird Ring CBF

Kandang Penangkaran Lovebird Ring CBF (Foto: Ari Segoro/Mediabnr.com)

Sementara kandang-kandang burung yang dibuatnya tidaklah besar, hanya berukuran 1,5 X 2 meter dan tinggi 3,5 meter, dengan penutup dari kawat ram berukuran 1 cm. Ukuran ini menurutnya sudah cukup untuk satu pasang murai batu indukan produktif.

Sedangkan antara kandang satu dengan lainnya yang berjajar dibuat sekat dari tembok batu agar tidak bisa saling melihat, dan alasnya diberikan pasir yang setiap dua hari sekali dibersihkan kotorannya, untuk menjaga kebersihan kandangnya dari bakteri dan jamur. Menurut H. Didi, yang terpenting adalah lokasi penangkaran harus jauh dari keramaian, agar proses penjodohan, bertelur, dan pengeraman bisa berjalan dengan lancar.

Kandang Penangkaran Murai Batu Ring CBF_

Kandang Penangkaran Murai Batu Ring CBF (Foto: Ari Segoro/Mediabnr.com)

H. Didi mengatakan, bahwa pakan yang digunakan untuk burung yang ditangkarkan di tempatnya selalu menggunakan pakan yang kualitasnya sudah tidak diragukan lagi. Lalu sebagai pakan tambahan atau extra fooding (EF) diupayakan jangkrik alam dan kroto segar, yang pemberiannya harus disesuaikan dengan kondisi burung, “karena pemberian pakan tidak selalu sama antara burung yang bertelur dengan yang belum bertelur,” katanya.

Mengawali  dengan memboyong indukan trah jawara dan membeli beberapa burung juara di lomba, adalah salah satu kiatnya dalam menangkar. Dengan maksud dan tujuannya adalah menghasilkan anakan yang berkualitas bagus dan bernilai jual tinggi. Murai yang ditangkarkan menurut H. Didi sangat produktif, dalam kurun waktu satu tahun dapat bertelur sebanyak 8 kali, dan tiap kali bertelur sedikitnya menghasilkan dua butir. Hingga saat ini anakan yang telah keluar dari kandang CBF sudah mencapai 50 anakan, yang anakannya kini sudah menyebar di kalangan teman-temannya di jejaring social. Maklum saja hasil tangkaran Ring CBF ini diburu para pecinta murai batu, karena indukannya memiliki kualitas yang ciamik trah jawara lomba. “Bahkan terkadang kicaumania harus rela menunggu terlebih dahulu, karena persediaan anakan yang terbatas,” tutur Hengky perawat andal CBF ini.

Melejitnya pamor murai batu di kancah perburungan nasional, tidak lepas dari peran serta para penangkar untuk menjaga habitat di alamnya yang sudah langka dan terus membuat terobosan-terobosan yang jitu dalam proses penangkaran, agar dapat menghasilkan anakan yang berkualitas baik dan unggul. (Arie Segoro)