Tujuh Tahun Kiprah Unesa di Perburungan

Kampus sebagai sarana Edukasi – Konservasi – Rekreasi. Bukan tanpa alasan kata-kata itu dirajut sebagai pengantar di website kampus pimpinan Prof. Muchlas Samani itu. Semua berawal dari adanya upaya kampus untuk mewujudkan slogan “growing with character”.

Surabaya ( BnR ) – Universitas Negeri Surabaya, (Unesa) menjadi satu-satunya kampus di Jawa Timur atau bahkan di Indonesia yang mengagendakan lomba burung berkicau sebagai bagian kegiatan tahunan. Lomba burung berkicau digelar tiap ulang tahun (Dies Natalis). Tak tanggung-tanggung, selama tujuh tahun berturut-turut, lomba burung kicau pun sudah tergelar. Tepatnya sejak tahun 2005 hingga sekarang.

“Ketika Unesa dipimpin Prof. Toho Choliq Mutohir, lomba burung sudah digelar sebagai rangkaian kegiatan Dies Natalis Unesa. Seingat saya saat Dies Natalis ke-42. Awalnya kita salut saja sama hobi masyarakat yang bernilai ekonomi tinggi itu,” ungkap Prof. Dr. H. Nurhasan, M.Kes., berkisah awal mula digelarnya lomba burung di kampus pencetak para guru itu.

Setelah itu, lanjut Nurhasan, sapaan Pembantu Rektor IV (Bidang Kerjasama), dirinya mendapat banyak masukan dari beberapa aktivis dan LSM Lingkungan Hidup. Maka, di saat itulah dasar digelarnya lomba burung di kampus Unesa sudah berbeda arah. Menurut Nurhasan, keberadaan gelaran lomba burung justru dijadikan inspirasi sekaligus motivasi untuk membangun kampus yang peduli lingkungan hidup, khususnya di bidang konservasi.

Singkat cerita, ketika Prof. Muchlas Samani terpilih sebagai Rektor Unesa, ibarat gayung bersambut. Rektor yang sangat peduli lingkungan dan mencintai kebersihan itu, membuat slogan kampus yang arahnya pada pembangunan lingkungan. Kampus sebagai sarana edukasi-konservasi-rekreasi adalah pilihannya.

“Pak Rektor sangat mendukung setiap program yang arahnya pada penciptaan kampus sebagai sarana konservasi. Makanya sekarang di Unesa sudah dibangun dua lokasi untuk mengawali konservasi, terutama jenis burung. Satu di lokasi FMIPA dan satunya lagi di sekitar Pascasarjana,” ujar Bapak tiga anak kelahiran April 1963 itu.

Hobi dan Konservasi

Selain membangun sarana konservasi satwa burung, gerakan lain pun secara kontinyu dilakukan di Unesa. Utamanya aktivitas yang mengarah pada penciptaan teknologi tepat guna dalam mengatasi sampah. Membangun pola pikir sivitas akademika yang peduli lingkungan. Hingga melakukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dengan konservasi dan lingkungan hidup.

“Hobi burung itu sangat unik dan banyak konstribusinya untuk menguatkan perekonomian yang berbasis kerakyatan. Hanya dengan hobi burung, banyak masyarakat yang saya lihat mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Perputaran ekonominya sangat unik dan sangat perlu diteliti. Bahkan dapat saya katakan bila lomba burung itu memiliki potensi sebagai wisata atraksi. Meskipun disisi lain, aspek breeding (penangkaran, red.) harus lebih digiatkan untuk penyeimbang. Inilah yang saat ini sedang dilakukan Unesa,” tutur pakar dibidang modifikasi olahraga itu.

Melalui pertimbangan yang matang, lanjut Nurhasan, upaya konservasi di Unesa sudah pada tahapan tindakan. Jurusan yang memiliki kedekatan dengan upaya itu, memiliki tugas untuk melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan konservasi. Oleh karenanya, ketua bidang konservasi kampus Unesa dijabat Dekan FMIPA (Prof. Dr. Suyono, M.Pd.) yang membuka acara lomba burung Rektor Unesa Cup VII (16/12) lalu.

“Dukungan dan kerjasama dengan penghobi burung berkicau akan kita lanjutkan. Syukur-syukur bila pada akhirnya nanti akan mampu mewujudkan secara totalitas upaya konservasi di Unesa. Selain hobi, dengan lomba burung memberikan efek ekonomi terhadap pelakunya maupun masyarakat sekitarnya. Saya pasti dukung hal itu,” ujar lelaki asal Bangil – Pasuruan itu dengan nada serius.

Naskah & Foto : Prayogi Waluyo