Yogyakarta (MediaBnR.Com) – Acara sarasehan kicaumania bertajuk “Kupas Tuntas Sistem Penjurian dan Kejelasan Pakemnya Bersama Juri BnR Pusat dan Wilayah” pada hari Rabu (13/5/2015) di Meeting Room JEC (Jogja Expo Center), Gedong Kuning, Yogyakarta berlangsung akrab dan kekeluargaan dalam nuansa lesehan.
Dari pantauan awak media ini di lapangan, peserta kali ini tidak hanya didominasi oleh kicaumania Yogyakarta, tetapi juga dari luar kota seperti Magelang, Kulonprogo, Klaten dan Cilacap. Mereka rata-rata antusias untuk mengenal dan mengetahu lebih jauh pakem penilaian terbaru dari BnR Community yang memang terkenal selalu berinovasi dan menciptakan terobosan-terobosan terbaru dalam lomba burung berkicau di Tanah Air.
Dari sekian banyak pertanyaan yang terlontar dari para kicaumania, perihal penilaian lovebird menjadi sorotan utama. Bang Ari dari Selaksa Jagat SF Jogja adalah satu peserta yang mempertanyakannya. “Ada dua burung. Satu nembak 2 kali dengan durasi masing-masing 90 detikan. Satunya lagi nembak 5 kali dengan durasi 30 detikan. Bila dikalkulasi, yang pertama durasi kerjanya jadi 180 detik. Yang kedua durasi kerja jadi 150 detik. Bila menggunakan pakem penilaian BnR, burung mana yang menang?,” tanya Ari.
“Burung yang layak menang adalah burung yang kedua. Namun kita tetap melihat kondisi di lapangan. Apakah dalam rentang waktu penilaian yang demikian panjang burung pertama hanya nembak 2 kali dalam waktu berdekatan dan selanjutnya hanya diam. Bila demikian, maka yang juara adalah yang kedua. Karena durasi kerjanya sudah dapat dan kerajinannya juga,” jawab Oji Lahat, dewan pengawas pusat BnR Community.
“Bagaimana dengan bentuk fisik burung, apakah cacat fisik layak jadi juara di lomba BnR?,” tanya Damar dimana hal senada juga diungkapkan oleh Aris Excellent. “Untuk kasus cacat fisik baik karena kondisi mabung maupun bawaan lahir tidak bisa juara 1 dengan catatan ada burung yang kerjanya juga bagus. Namun bila tak ada burung yang kerja alias semua bisu, mau tidak mau kita akan memilih burung cacat tersebut juara. Tapi kasus demikian sangat jarang ditemukan karena burung yang dilombakan biasanya memang burung-burung bagus dan terpilih,” jelas Bang Oji yang diamini oleh Ali Gundul selaku IP di BnR.
Di akhir gelaran, Bang Oji berharap kicaumania selalu memberikan saran dan kritik kepada BnR Community. “Saran dan kritik ini tidak hanya bermanfaat bagi BnR tetapi juga kemajuan kicaumania,” pungkas Bang Oji seraya menyarankan lomba itu jangan teriak. “Tolong lomba itu jangan teriak-teriak biar kita sama-sama bisa memantau burung yang sedang berlomba. Bahkan bila perlu, untuk lomba berikutnya akan kita sediakan kursi untuk para pemilik burung buat duduk di dalam untuk menikmati jalannya lomba,” tegasnya. (Kadir.Jtyk)
Galeri Suasana Sarasesahan