(Ket : Berita ini merupakan hak jawab klarifikasi dari berita sebelumnya dengan judul “PERLU ADA REGENARASI JURI TASIK”)

 

MediaBnR.com,- Merebaknya isu prasangka buruk terhadap juri-juri yang bertugas di lomba Garuda Cup, lapangan Antum, Gobras, Tasikmaya, Minggu (16/8) dibantah oleh salah satu EO yang ada di Tasikmalaya. Dedi PM, yang merupakan salah satu EO di Tasikmalaya menyangkal isu tersebut. “Tidak benar itu, bahwa juri Tasik tidak bekerja dengan fair play. Saya sebagai EO yang memiliki juri pastinya merasa tersinggung. Tidak ada permainan sama sekali, Malahan sebaliknya juri-juri Tasik dinodai oleh oknum.” ujar Dedi PM menanggapi lomba Antum pekan lalu saat menggelar latber Oriq, Jumat di lapangan YPKP.

Juri-juri Tasik membantah adanya kolusi dengan peserta di Garuda Cup.

Kalau ada bukti kalau juri-juri Tasik selalu bermain dengan peserta, kata Dedi, tolong bilang dengan bijak. Kita selesaikan bagaimana baiknya. “Yang pertama saya lakukan adalah menegur juri bersangkutan, dan bilang kepada EO yang menaungi juri tersebut. Dan, kalau misalkan tidak berubah, ya terpaksa kita tidak akan memakainya lagi,” sebut Dedi PM.

Kejadian kelas Muraybatu pertama di Garuda Cup memang menyita perhatian kicaumania yang saat itu gantang. Semua peserta burungnya ingin juara. Fanni salah satu juri yang bertugas membantah bahwa juri-juri yang bertugas saat itu bermain dengan menjuarakan salah satu burung peserta asal Tasikmalaya. Saat itu hampir 50 persen burung-burung pada kerja. Dan, pihaknya bekerja maksimal memilih tiga burung yang benar-benar berkualitas.

“Sebelum lomba kami di Breefing dulu oleh Even Organizer. EO menegaskan untuk memegang teguh penilaian fair play. Dan kami laksanakan dilapangan. Koncer merah para juri sesuai ajuan semua, namun ada salah satu juri yang dalam ajuan nomor ini, namun kenyataan koncernya kepada nomor lain,” ujar Fanni.

Kejadian inipun menyita perhatian pemilik Jempol SF, Harry K, yang kebetulan dikelas itu burungnya menjadi juara. Harry mengatakan, bahwa pihaknya belum pernah memberikan arahan kepada juri-juri yang bertugas dimanapun itu, baik di Tasikmalaya ataupun diluar kota, untuk memenangkan burungnya. “Kita hanya penghobi. Isu bahwa saya selalu memberikan arahan kepada juri-juri yang bertugas itu tidak benar. Hingga detik ini saya belum pernah dan sama sekali tidak akan mencoret nama baik Jempol SF,” ujar pemilik Jempol, Harry K di Tasikmalaya, Jumat (21/8).

Malahan sebaliknya, Harry merasa kasihan terhadap juri yang bertugas saat itu yang dikatakan oleh beberapa kicaumania tidak bermain fair play. “Kami sangat berempati tehadap juri. Kasihan mereka sudah bekerja mencari nafkah anak istrinya, namun dicaci maki tidak bekerja fair play. Kalaupun ada bukti, kita bisa obrolkan dengan EO yang bersangkutan agar menegur jurinya. Semua kita bisa selesaikan dengan hati yang tenang,” ujar Harry saat diminta konfirmasinya.

Pemerhati burung kawakan asal Tasikmalaya, Itong, mengatakan, semua peserta yang gantang pasti ingin juara. Namun, seyogyanya peserta juga memperhatikan burung yang lain. Agar bisa membanding-bandingkan. Kalau burungnya sama-sama kualitas, dalam pemilihan koncer itu kembali kepada selera juri bersangkutan. (saemilan)