Ilustrasi Lomba Burung

Ilustrasi Lomba Burung

MediaBnR.Com – Apa ukuran sukses dari suatu lomba burung berkicau? Apakah itu dari besarnya hadiah dan doorprize mewah? Apakah itu soal jumlah kontestan yang hadir, hadirnya tokoh-tokoh besar kicaumania, megahnya gantangan lomba atau besarnya keuntungan finansial yang diperoleh  penyelenggara lomba? Semua itu bukan ukuran sukses!

Ukuran terpentingnya suksesnya lomba adalah kepuasan para kontestan. Suatu lomba burung berkicau menjadi sukses, kalau kontestan bisa pulang dengan puas dan bahagia meskipun burung kalah. Itu karena mereka mendapat layanan memuaskan sejak datang mulai dari membeli tiket, bisa ngumpet burung, parkir aman dan nyaman dan tentu saja burungnya dihargai lewat penjurian yang adil dan fair play. Kalaupun bisa pulang dengan membawa hadiah, kontestan hanya ingin membawa hadiah sesuai yang tertera dalam ketentuan brosur lomba.

Menjadi penyelenggara lomba, apalagi lomba besar berskala nasional, persis seperti seseorang yang sedang ngunduh mantu dan mengundang banyak orang, maka martabat penyelenggara lomba adalah apabila tamu-tamu yang diundang ke pestanya pulang dengan bahagia  Intinya organizer penyelenggara lomba burung berkicau harus memiliki visi bahwa para kontestan adalah  tamu agung yang harus dapat pelayanan istimewa dari mulai datang hingga  pulang.

Kicaumania, sesungguhnya memang tidak mudah menjadi penyelengara lomba  karena begitu banyak detail kecil yang harus diperhatikan mulai dari menyusun kemasan lomba yang menarik, menyebarkan brosur, beriklan di media, broadcast lomba di medsos, mencetak tiket, piagam dan piala. Di lapangan gantangan dan padock harus disiapkan, lampu dan pagar pembatas harus diperhatikan. Parkir mobil dan pedagang di arena lomba harus ditata.  Ditengah lomba para juri harus diperhatikan agar bisa fresh dalam memberi penilaian yang fair play. Hadiah dan piagam pemenang harus diberikan tepat waktu dan tidak menumpuk di depan padock panitia.  Kalau detail itu diabaikan, maka semegah apapun lomba, suksesnya akan berkurang karena kontestan terabaikan dan merasa tidak puas. Karena itu lomba itu juga seperti proses produksi ban berjalan di sebuah pabrik, kemacetan di suatu titik akan memperlambat dan merusak lomba.

Kesempurnaan suatu lomba memang nyaris tidak ada, tetapi penyelenggara lomba harus menjaga martabatnya. Ketika mengabaikan nila, maka rusaklah susu, ketika hal-hal kecil dianggap remeh maka rusaklah martabat dan kehormatan. (red)