Suasana Latpres

Suasana Latpres

MediaBnR – Sebagai pemain ataupun penghobi burung kicauan, harus terus belajar memahami serta melatih tanding jagoan kita. Yang paling penting mencari setingan burung, meski materi burung kita dianggap baik, tetap mencari setingan mulai dari kebiasaan dan keinginannya harus tetap dipelajari. Tetapi yang utama etika atau tata krama dalam melatih jago kita bertanding. Contoh di Latberan kelas Lovebird yang sekarang lagi naik daun. Euforia yang terjadi, menjadi surut saat turun burung yang kerap kali jadi juara nasional, dengan karakter ngekek konslet ikut nimbrung.

Beberapa kali terjadi bahkan sering, ketika seseorang memiliki burung juara khususnya jenis paruh bengkok yang sudah malang melintang di kelas nasional, si empunya kerap tidak sadar bahwa burungnya ditakuti oleh kicaumania yang lain, baik oleh mereka yang burungnya pas-pasan ataupun mereka yang sedang mencari setingan untuk jagoannya. Tanpa sadar pemilik burung kelas nasional tersebut, ikut menggantangkan burungnya baik di latberan atau setingkat latpres, dimana jagonya tidak memiliki lawan yang sepadan. Berdalih buang birahi, namun burung tersebut dinaikan sampai tiket paling murah. Bahkan yang paling gila, ada burung karakter konslet diadukan 4-5x dalam seminggu. Mungkin burung mumpung lagi mau, apa salahnya diadukan. Jadinya edisi aji mumpung karena memiliki burung konslet atau serakah!!!

Tidak ada yang bisa melarang, hak setiap kicaumania bebas mengadukan burung jagonya di tingat RT sekalipun. Disinilah etika dan tata krama bermain burung, meski belum tercatat dalam buku etika manapun, tetapi solidaritas untuk akar rumput yang pengen merasakan juara, menjadi sedikit terhalangi. Terkadang ketika tahu burung kelas nasional itu ikut latih tanding, beberapa pemain muka baru bahkan kawakan sekalipun, urung untuk mendaftarkan jagoannya.

Yang menjadi pertanyaan akar rumput alias pemula, apakah perlu buang birahi menuju persiapan lomba hari Minggunya? Ataukah hanya ingin amplop juaranya saja. So…semuanya dikembalikan kepada pemilik burung berkarakter konslet tersebut. Meski tidak semua pemilik burung konslet mengadukan burungnya di ajang latberan, contohnya Rizki RWP pemilik, lovebird fenomenal, Candy. Dia tetap membatasi, Candy, untuk digantang dimana saja dan kapan saja. Meskipun katakanlah, Candy, butuh pemanasan atau buang birahi. Etika seperti ini sangat diperlukan, mungkin saja, Candy, bisa selalu juara di ajang latberan. Tetapi bukan kepuasan lagi yang didapat malahan cemoohan atau bisik-bisik tidak enak yang didapatannya. Jadi…hak kicaumania melatih tanding dimana saja, tetapi etika dalam perjalanannya kerap terlupakan.Jika kita pernah mengalami saat terbaik, maka kita pasti akan mengalami saat terburuk, karena dari momen-momen itulah kita bisa menemukan arti sebuah kebijaksanaan. (RK)