(Foto: Dok. MediaBnR.com)

(Foto: Okky/MediaBnR.com)

Ikan arwana (sleropages formosus) di farm PT Arwana Indonesia berbeda dengan ikan arwana ruper red lainnya. Super red kualitas merah grade pertama ini lebih unggul dengan varian ultra light. Karena itulah super red anakan di tempat ini dijuluki ‘blue based’ (warna dasar biru), alias jaminan merah. Meski harganya jauh lebih mahal dari super red lainnya, arwana kualitas premium di tempat ini tak pernah sepi permintaan ekspor dari Singapura, Jepang, Thailand, dan China.

Dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 11 hektar, PT Arwana Indonesia milik mantan Kapolda Jawa Tengah dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Didi Widayadi ini, pada tahun 2005 lalu dirikan farm atau peternakan ikan arwana khusus super red di bilangan yang masih asri dan sejuk di Pondok Ranggon, Cibubur, Jakarta Timur. Di tempat ini terdapat enam buah kolam tanah (empang) berukuran cukup besar yakni 2000 m2, dan beberapa kolam kecil berukuran 400 m2, serta ratusan akuarium yang tersusun rapih seperti layaknya dalam sebuah pameran atau perlombaan ikan hias.

(Foto: Dok. MediaBnR.com)

(Foto: Okky/MediaBnR.com)

Suwandi, Manager Operasional dan Pemasaran PT Arwana Indonesia yang ditemui MediaBnR.Com di lokasi penangkaran super red ini menyampaikan, ikan arwana kualitas premium super red yang ditangkarkan di tempatnya itu berawal dari pemilihan indukan dan pejantan yang berkualitas sangat baik, sehingga akan menghasilkan anakan yang juga berkualitas baik. Karena itu pihaknya hanya mengawinkan satu jenis arwana saja seperti merah dengan merah, “Kami tidak melakukan perkawinan silang, sehingga pengembangbiakkan di sini selalu sukses,” katanya.

Untuk itulah mengapa penangkaran di tempatnya berbeda dengan tempat lain, termasuk di daerah asalnya Pontianak, Kalimantan Barat. “Kami tidak mau menangkar indukan yang kualitasnya tidak baik. Bisa kalah nanti dengan kompetitor kami,” imbuhnya sambil tersenyum. Begitu juga, agar mendapat kualitas anakan yang baik, usia ikan idukan juga ia perhatikan. Dalam proses perkawinan dalam satu empang ada puluhan indukan dengan usia jantan tujuh tahun dan lima tahun untuk yang betina, dengan komposisi tiga ikan pejantan dan dua ikan betina.

Indukan Rp 20 – 30 Juta per Ekor

Menurut Suwandi, yang juga menjabat di Departemen Edukasi Arowana Club Indonesia (ACI) ini, arwana jantan di tempatnya masih bisa produktif di usia 25 hingga 30 tahun, sedangkan yang betinanya hanya sampai 15 tahun. “Dalam kurun waktu setahun dua kali pejantan bisa produksi. Tapi kalau yang betina umumnya setahun hanya satu kali produksi, “Pengertian produksi bagi si pejantan adalah, ikan pejantan bisa menanam benih di rahim si betina. Dan tidak semua pejantan bisa produksi. “Makanya di dalam satu kolam, itu lebih banyak pejantannya dari pada betina. Ini untuk menghindari kegagalan dalam perkawinan,” terangnya.

Suwandi, Manager Operasional dan Pemasaran PT Arwana Indonesia (Foto: Dok. MediaBnR.com)

Suwandi, Manager Operasional dan Pemasaran PT Arwana Indonesia (Foto: Okky/MediaBnR.com)

Harga indukan arwana dengan kualitas prima di penangkaran ini harganya cukup mahal. Namun jika membeli dalam jumlah banyak (borongan) menurut Suwandi harganya Rp 20 – Rp 30 juta per ekornya. Dan dengan memiliki kurang lebih 250 ekor indukan, ikan di PT Arwana Indonesia ini dapat menghasilkan 30 – 50 telur untuk satu indukan. Namun seperti umumnya, telur tersebut tidak akan jadi menetas semua. “Tidak semuanya jadi, sekitar 10 persennya gagal,” ujarnya.

Faktor Gen Pengaruhi Kualitas Warna

Untuk menghasilkan ikan Super Red berkualitas prima, banyak orang yang mengatakan pemberian pakan tertentu dapat mempengaruhi besar warna ikan. Hal itu dibantah Suwandi, menurutnya, warna ikan itu lebih kepada pengaruh genetik ikan itu sendiri. Untuk itu pakan yang ia berikan untuk ikan-ikannya itu menurutnya sama saja dengan tempat yang lain, yakni udang, ulet jerman, kodok, dan cacing. Hanya saja ia tidak memberikan ikan-ikan kecil, terutama ikan mas karena menurutnya dapat membawa bibit-bibit penyakit bagi ikan arwana.

“Untuk warna Ikan arwana yang bagus itu sekitar 80 – 90 persen itu dipengaruhi oleh genetik, dan 10 persennya lagi baru di pengaruhi oleh pakan dan perawatan. Jadi sebagus apapun jenis pakan dan perawatannya, kalau warna aslinya bukan merah, yah tidak akan merah,” selorohnya.

Ikan Kontes Masuk Kolam

Dan yang tidak biasa, dan juga berbeda dengan para penangkar lainnya, ikan-ikan terbaik kualitas kontes di PT Arwana Indonesia ini menurut Suwandi bukan ditempatkan dan dirawat dalam akuarium, justru dimasukan dalam kolam untuk lebih lanjut di-breeding atau diternakkan, “Karena kalau masuk kontes, dapat duitnya cuma hari itu saja. Tapi kalau diternakkan di kolam, hasilnya jauh lebih besar,” ujarnya sambil tersenyum.

(Foto: Dok. MediaBnR.com)

(Foto: Okky/MediaBnR.com)

Dari hasil pemilihan kualitas indukan yang baik, memang ikan-ikan kualitas premium di penangkaran ini sejak kecil sudah kelihatan warnanya. “Metalik kami warna biru. Pada umumnya kan warna dasarnya saat kecil hijau, kalau kami biru (blue based). Hal seperti itu juga yang menetukan ikan-ikan kami di sini saat panjangnya mencapai 30 cm, pasti merah dan itu sudah teruji,” ungkapnya.

Penuhi Ekspor ke Luar Negeri

Meski pasar arwana di Indonesia khususnya super red cukup bagus dan menjanjikan, namun Suwandi mengatakan tidak banyak memasarkannya di dalam negeri. Ia hanya menyuplai langsung ke penghobi, tidak melalui toko. “Karena ikan di kami cukup mahal, sehingga tempat kami ini terkenal dengan sebutan ikan premium, ikan di tempat kami jauh lebih mahal, tiga kali lipat. Ukuran 25 cm di sini harganya Rp 10 – Rp 12 juta per ekor. Sedangkan di pasaran biasanya berkisaran Rp 3,5—Rp 6 juta per ekor,” terangnya.

(Foto: Dok. MediaBnR.com)

(Foto: Okky/MediaBnR.com)

Untuk itulah ikan di PT Arwana Indonesia ini lebih memilih pasar ekspor seperti ke Singapura, Jepang, Thailand dan China. Untuk ukuran 25 cm, dengan harga ekspor kurang lebih 1100 US Dollar per ekornya. “Kami export paling banyak ke China, sekitar 70 persen, sisanya baru ke Jepang dan Thailand,” selorohnya.

Produksi Terbatas

Suwandi mengakui karena produksinya yang tidak banyak alias terbatas. Kadang kala ia kewalahan melayani permintaan konsumen. Sebab, ikan arwana itu ia katakan tidak bisa di tangkarkan di sembarang tempat. Dia hanya bisa di tangkar di tempat yang mirip dengan habitat aslinya di Pontianak. “Dan ikan arwana itu hanya bisa di tangkar Indonesia. Khususnya di daerah-daerah yang tropis. Di sini di Cibubur, suhu udara dan airnya mirip dengan di Pontianak, jadi bisa berkembang biak dengan baik di sini,” jelasnya menutup wawancara siang itu. (Taufik Rakhmanto)