Kini, tak hanya pleci dan keprek/ciblek gunung muda hutan saja yang dicari penggemarnya. Akan tetapi, piyikan yang masih meloloh/menyuapi pakan pun banyak diburu para mania pleci dan keprek. Karena minim jumlah yang diperdagangkan di pasar burung Empu Nala, Mojokerto, berdampak pada harganya yang terus melambung. Piyikan pleci dan keprek/ciblek gunung yang bisa makan sendiri, harganya tembus Rp. 250 ribu per ekor.

A’an (33), yang mengaku sudah menghabiskan waktu belasan tahun sebagai pedagang burung, memajang piyikan pleci dan ciblek gunung di kios miliknya. Kios burung yang dipadu dengan warung kopi itu, hanya memperdagangkan tak banyak, sekitar belasan piyikan saja.

“Kemarin  ada 11 ekor piyikan pleci dan 4 ekor piyikan keprek. Menurut pemasok pleci bakalan, umur piyikan ini sekitar 10 harian. Jadi harus ekstra hati-hati dalam merawatnya. Rencana akan saya jual setelah piyikan bisa makan sendiri. Tapi kalau ada pembeli yang menginginkan dalam keadaan begini, ya juga saya berikan asalkan harganya cocok. Yang bisa makan sendiri 250 ribu rupiah, kalau keadaan sekarang 150 ribu rupiah,”paparnya, sambil meloloh piyikan-piyikan tersebut.

 

Diloloh 2 jam sekali

Cara merawat piyikannya itu, diperlakukan sama dengan perawatan piyikan murai batu setelah disapih dari indukannya. Diloloh setiap 2 jam sekali dengan pakan berupa campuran kroto dan por yang dibasahi. Jika malam hari dikerodong dan diberi lampu pemanas suhu berupa dop lampu 5 watt. Diprediksikan 15 hari kedepan piyikan-piyikan itu, sudah bisa makan sendiri.

(sugeng)