Sebagai breeder yang sukses menangkar burung murai batu tak membuat Su’ud besar kepala. Saat ditanya mengenai cara breeding agar sukses. Ia pun membeberkan kepada pewarta BnR dengan senang hati.

Su'ud memantau indukan favorit pilihan Dua Putri BF (Foto: Stefanus/MediaBnR.com)

Su’ud memantau indukan favorit pilihan Dua Putri BF (Foto: Stefanus/MediaBnR.com)

Sebagai pemula, hal pertama yang perlu diperhatikan untuk memulai breeding adalah mencari indukan berkualitas. Karena hal inilah yang mempengaruhi kesuksesan dalam breeding. “Jika ingin hasil produksi cepat diburu orang. Kita harus cari indukan yang super, biar menghasilkan anakan berkualitas,” ujarnya.

Untuk kandang, bagi mereka yang baru saja mengawali breeding tak perlu risau ketika tidak mempunyai lahan yang cukup luas untuk membuat atau menempatkan kandang bagi sang indukan. Memiliki lahan dengan luas 1×1 meter pun bisa untuk memulai breeding. “Luas lahan itu sudah ideal untuk sepasang indukan,” katanya. Begitu pula dengan penempatan kandang. Sirkulasi udara yang baik serta adanya sinar matahari yang cukup merupakan salah satu faktor kesuburan produksi sang indukan.

(Foto: Stefanus/MediaBnR.com)

(Foto: Stefanus/MediaBnR.com)

Struktur tanah pada kandang juga patut diperhatikan. Campuran tanah dengan pasir sungai juga mempengaruhi nyaman tidaknya sang indukan dalam berproduksi. Selain mudah untuk dibersihkan. Struktur tanah tersebut dapat menjaga kelembaban udara di dalam kandang. Pasalnya jika udara dalam kandang terlalu dingin atau panas. Dapat mengurangi efektifitas produksi indukan.

Langkah berikutnya yang harus diperhatikan adalah usia indukan. Usia ideal bagi betina untuk ditangkarkan apabila sudah berusia tujuh – delapan bulan. Sedangkan jantan harus di atas satu tahun. Karena apabila di bawah usia tersebut dipaksakan untuk dikawinkan, akan mempengaruhi daya tahan tubuh sang anakan. “Kalau dipaksa, daya tahan tubuh anak akan lemah,” terang Su’ud.

Anakan usia tuju hari (Foto: Stefanus/MediaBnR.com)

Anakan usia tuju hari (Foto: Stefanus/MediaBnR.com)

Setelah proses penjodohan, bagi betina muda tak perlu menunggu waktu lama untuk bertelur. Hanya dibutuhkan sekitar 14 hari sang betina sudah bertelur. Apabila menginginkan produksi kembali, waktu ideal pengangkatan anakan adalah saat hari ketujuh.

(Foto: Stefanus/MediaBnR.com)

(Foto: Stefanus/MediaBnR.com)

Gunakan ‘Baby Sitter’

Selanjutnya adalah proses pelolohan. Dua Putri BF lebih memilih jasa ‘baby sitter’ ketimbang dibesarkan oleh indukkannya. Disamping untuk meningkatkan produksi, cara ini juga menghindarkan sang indukan membunuh anakannya sendiri. Sedangkan dari sisi fisik, postur tubuh dapat tumbuh sepadan antara satu anak dengan anakan lain. Namun yang harus diperhatikan adalah takaran pakan yang diberikan pada semua anakan harus sama. Apabila tidak teliti, resiko kematian akan menanti apabila memberikan pakan terlalu banyak atau sedikit.

Untuk menu pakan anakkan, Su’ud memberikan voer dengan campuran kroto yang dihaluskan dengan air hangat, lalu diaduk hingga seperti adonan bubur bayi. Menu pakan ini diberikan setiap satu jam sekali. Idealnya racikan pakan tersebut diberikan pada anakan berusia tujuh hari hingga dua bulan. Apabila sudah memasuki usia dua bulan, menu pakan harus diganti dengan voer, kroto dan jangkrik.

Proses Pemasteran

Selain mempunyai indukan dengan kualitas jawara. Dua Putri BF juga memoles anakan dengan materi jawara. Salah satu caranya adalah dengan memaster anakan sejak usia dini. Bagi Su’ud, pemasteran sangat penting untuk menunjang kualitas burung saat terjun di arena perlombaan sesungguhnya.

Menurut Su’ud, waktu ideal untuk memaster anakan murai batu adalah saat berusia satu bulan. Karena pada usia 30 hari merupakan masa dimana memori sang anakan masih sangat tajam untuk mengingat suara yang didengarnya.

Sedangkan untuk jenis burung pemasternya, bisa menggunakan burung dengan tipikal suara halus tapi tajam. Seperti lovebird, greja, cililin, colibri, parkit, kenari, branjangan atau cucak jenggot. Tetapi tidak semua jenis burung di atas dimasterkan sekaligus pada anakan murai batu. Ada tahapan yang perlu diperhatikan saat memaster anakan agar mendapat hasil maksimal.

Tahap pertama untuk mulai memaster adalah dengan jenis burung lovebird dan parkit. Hal ini dilakukan agar sang anakan bisa menangkap suara dengan sempurna. Setelah sebulan lamanya anakan dimaster dengan dua burung tersebut. Barulah bisa dimaster dengan suara burung yang kasar seperti cucak jenggot.

(Foto: Stefanus/MediaBnR.com)

(Foto: Stefanus/MediaBnR.com)

Setelah dewasa, anakan tadi yang sudah memiliki isian suara burung master pada saat anakan. Selanjutnya pemasteran lebih mudah dilakukan. Diantaranya bisa dimaster dengan suara burung kenari atau greja tarung. Tujuan pemasteran ini dilakukan agar sang burung nanti mampu mendapat nilai lebih ketika di lapangan.

Burung Lomba Hasil Penangkaran

Setelah dua tahun lamanya menekuni dunia breeding. Banyak dampak positif yang didapat Su’ud. Selain mampu memperbaiki roda perekonomian keluarga. Ia pun mampu memberi lapangan pekerjaan bagi mereka yang semula tak memiliki penghasilan tetap.

Bahkan dari dunia breeding, sesungguhnya pemerintah sangat dibantu dengan menjamurnya breeder yang ada di tanah air. “Secara tidak langsung kita turut membantu menjaga ekosistem di habitatnya agar tidak punah,” ujarnya.

Ia pun berharap, suatu saat jenis burung yang dilombakan saat ini merupakan hasil dari penangkaran. Sehingga mata rantai antara pehobi dan penangkar tak putus. Alhasil dari sinilah dampak positif dapat tercipta, seperti mencegah pengangguran. “Bisa dibayangkan apabila tidak ada penangkaran. Lalu habitat burung semakin langka dan pemerintah menetapkan burung lomba sebagai hewan yang dilindungi, apa kita masih bisa berlomba?” ungkapnya seraya bertanya. (Stefanus)