Maraknya lomba burung kelas Tledekan, membuat persaingan di kelas ini semakin ketat. Burung jawara baru terus bermunculan, walaupun masih banyak jago lawas yang tetap kokoh bertahan dengan prestasinya. Diantara sederet tledekan jawara di seputaran Sidoarjo, terdapat jawara tledekan yang masih menjadi salah satu gaco yang tetap bertahan dan stabil dengan performanya.

Foto :Ist

Foto :Ist

Guna menstabilkan tampilan saban turun di arena lomba, menurut sang pemilik dan yang merawat, dia mempunyai kiat untuk mengkodisikannya. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dalam hal perawatan. Sama seperti umumnya merawat jenis tledekan lainnya, baik perawatan harian dan menjelang turun ke lapangan, cukup mengkonsumsi 2 ekor jangkrik setiap pagi dan 2 ekor jangkrik di malam hari.

“Mandi cuma sekali setiap hari, waktunya setelah maghrib. Kroto pagi sore secukupnya, ditambah ulat kandang,” tandasnya sambil berkelit ketika diminta identitas lengkapnya. Dengan alasan malu, karena masih prestasi ditingkat latber-an..

Kebutuhan kroto mulai ditingkatkan sejak hari Jumat-Sabtu hingga Minggu diberikan secara bertahap. Dimulai setengah sendok kroto di hari Jumat, porsi ditambah satu sendok penuh di hari Sabtu dan Minggu. Mengingat burung centil berkarakter tempur ini, membutuhkan asupan kroto yang cukup, seperti burung petarung pada umumnya.

Dalam hal perawatan, mandi jemur dan pemasteran, menurut pemuda yang masih aktif kuliah ini, penjemuran cukup 1 jam saja, dimulai sejak pukul 7 dan berakhir pukul 8 pagi hari. “Setelah penjemuran, dimasukkan sangkar yang ukurannya lebih besar dari sangkar harian. Difungsikan sebagai kandang umbaran, hingga menjelang sore hari waktunya dimandikan,” ungkap pria pemalu ini.

Untuk keseharian, sebagai pelengkap materi burung isian seperti cucak rawis, kolibri, lovebird dan cucak-jenggot mendampingi dan jadi pelengkap variasi irama lagu maupun tembakannya. Ditunjang speed yang rapat plus volume keras yang membuat teledekannya mampu berprestasi. (Sugeng)