b02Entah percaya atau tidak?Ikan Arwana dipercaya sebagian orang dapat membawa hoki dan dapat melindungi pemiliknya dari roh jahat dan nasib buruk.Super Red satu-satunya jenis Arwana yang demand-nya tinggi sementara supplay-nya kurang. Tak heran ikan yang melambangkan kemakmuran ini termasuk raja ikan air tawar yang termahal di dunia.

Dengan bentuk berkepala sendok dan sisik yang rapih mempesona, serta gerakannya yang anggun berkharisma, ikan purba yang dijuluki dragon fish dipatok dengan harga terendah Rp 3,5 juta untuk ukuran 8-9 cm (ukuran terkecil yang mulai dijual) , hingga puluhan juta, bahkan ratusan juta untuk ikan dewasa. Meski begitu tetap saja banyak pehobi ikan hias yang memburunya untuk sekadar hiasan di rumah atau di kantor.

Arwana merupakan ikan klasik yang kepopulerannya hingga kini tak pernah pudar. Arwana juga merupakan ikan primitif yang tangguh karena dapat hidup hingga setengah abad. Permintaan yang tinggi dengan ketersediaan alam yang terbatas menyebabkan eksploitasi di alam dibatasi. Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) menetapkan bahwa ikan Arwana Asia sebagai ikan yang mendapat perlindungan tertinggi.

4 Varietas Arwana Merah

catsDiantara berbagai jenis arwana di dunia, jenis Arwana Asia Tenggara terbagi dalam empat spesies berbeda, yaitu Arwana Hijau, Arwana Emas, Arwana Perak dan Arwana Merah. Salah satu spesies yakni Arwana merah ini masih dikelompokkan dalam empat varietas, yaitu Merah Darah (Blood Red), Merah Cabai (Chili Red), Merah Orange (Orange Red), dan Merah Emas (Golden Red).

Keempat varietas arwana merah ini secara umum diberi julukan Super Red atau Merah Grade Pertama (First Grade Red), meskipun dalam perkembangannya super red lebih merujuk pada Merah Cabai dan Merah Darah. Sedangkan Merah Orange (Orange Red), dan Merah Emas (Golden Red) lebih sering di anggap sebagai super red dengan grade yang lebih rendah.

Dari keempat spesies arwana di atas, spesies arwana jenis super red yang merupakan arwana paling diburu para pemilik kocek tebal, karena ikan ini memiliki warna sisik yang merah pekat dan tampak gagah serta mengagumkan. Selain sebagai simbol kemakmuran, dalam mitos China ikan ini juga dipercaya ‘dapat meyelamatkan nyawa sang pemiliknya’.

Geografis Pengaruhi Bentuk dan Warna Ikan

Arwana merah ini berasal dan tumbuh subur di Sungai Kapuas dan Danau Sentarum, Propinsi Kalimantan Barat. Kedua daerah itu memang dikenal sebagai habitat dari Super Red (Chili dan Blood Red). Karena perairan di sana merupakan wilayah hutan gambut yang dapat menciptakan lingkungan primitif bagi ikan purba tersebut.

Selain itu kondisi lingkungan air gambut (black water) dan banyaknya cadangan pangan yang memadai, tampaknya juga memberi pengaruh baik pada evolusi warna ikan yang bersangkutan. Pengaruh geografis itu juga menyebabkan terciptanya variasi yang berbeda terhadap morfologi ikan ini, seperti badan yang lebih lebar, kepala berbentuk sendok, warna merah yang lebih intensif, dan warna dasar yang lebih pekat.

Perbedaan antara varietas Merah Darah (Blood Red) dan Merah Cabai (Chili Red)

Arwana Merah Cabai Arwana Merah Darah
Tampilan Warna Seperti merah cabai Seperti merah darah
Bentuk fisik Bentuk tubuh lebih lebar, kepala berbentuk sendok lebih panjang dan lebih ramping
Lebar tubuh relatif tetap hingga menjelang pangkal ekor, bingkai sisik yang lebih tebal menyempit secara gradual
Warna mata Mata merah dan lebar sehingga pinggiran matanya seakan menyentuh bagian atas kepala dan bagian rahang bawahnya mata lebih putih dan lebih kecil
Bentuk ekor Seperti intan (diamond) Seperti kipas
Warna pada usia muda cenderung memiliki warna dasar hijau dengan kilap metalik yang pekat memiliki kilap lebih lemah dan cenderung mirip dengan RTG muda; Bentuk tubuh lebih bulat
Pertumbuhan Lebih lambat Lebih cepat

78e7935144aa27da8258d5648df09e4e-fullsizeCiri morfologi fisik kedua jenis tersebut sudah nampak saat masih muda sehingga dapat dijadikan pedoman untuk membedakan kedua varietas tersebut.

Meski cukup sulit ikan jenis Arwana Super Red ini dikembangbiakan (breeding) di luar daerah asalnya Kalimantan Barat. Namun berkat pengetahuan khusus tidak sedikit orang di penangkaran farm-farm di Jakarta telah berhasil membudidayakannya. Meski dengan tingkat kesulitan tersendiri dan biaya yang tidak sedikit, serta produksi yang relatif sedikit dari habitat alamnya.

Misalnya saja jumlah telur ikan ini di habitat aslinya mencapai 30–60 butir, sementara di Jakarta sekitar 10–25 butir. Produksi rendah tersebut dikarenakan kondisi pH air dan suhu udara yang memang berbeda dibanding habitat aslinya. (Taufik)