Ayam ketawa adalah jenis ayam peliharaan yang memiliki keunikan pada suaranya. Suara dan kokokan ayam ketawa dapat sangat mirip dengan suara tawa manusia, sehingga ayam asli daearah Sulawesi Selatan ini disebut dengan julukan ayam ketawa. Ayam yang tergolong ayam hias ini dipercaya dapat membawa hoki si pemiliknya.

 

Ayam Ketawa (Foto: Ahmadi/MediaBnR.com)

Ayam Ketawa (Foto: Ahmadi/MediaBnR.com)

Secara fisik, ayam ketawa tersebut tidak jauh berbeda dengan ayam kampung. Bentuk jengernya pada bagian belakang menempel pada kepalanya. Semantara ciri khusus ayam ketawa terletak pada pita suaranya, dimana jika diraba pada bagian kerongkongannya terasa putus. Sedangkan pita suara ayam kampung umumnya terasa kokoh menyatu. Hal tersebutlah yang diduga sebagai penyebab suara ayam ketawa terpatah-patah seperti orang tertawa.

Habitat asli ayam ketawa banyak terdapat di kawasan pulau Sulawesi, tepatnya daerah Kabupaten Sidrap (Sidenreng Rappang), Sulawesi Selatan, yang berjarak sekitar 185 km dari kota Makassar. Dalam bahasa setempat, ayam ketawa disebut dengan ayam manugaga, manu sama artinya dengan ayam, sementara gaga artinya gagap atau bicara terbata-bata.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, ayam ketawa dapat membawa peruntungan (hoki) bagi sang pemilik, sehingga hal tersebut menjadikan si ayam ketawa bernilai lebih. Bahkan bila mampu memenangi suatu kontes ayam, maka harga jualnya bisa 10x lipat dari harga rata-rata. Banyak pemilik ayam ketawa yang telah berhasil memenangi kontes mendapatkan durian runtuh (rejeki nomplok) karena ayamnya ditawar dengan harga selangit (Rp 20-50juta) oleh para pengusaha kaya.

Zaenal Pemilik Ayam ketawa

Zaenal Pemilik Ayam ketawa

 Salah seorang pemilik ayam ketawa yakni Zaenal Bogor. Awalnya ia mengakui tidak terlalu senang memilihara ayam. Namun ketertarikannya mulai muncul ketika ia mendengarkan suara gelak tawa yang keluar dari seekor ayam. “Awalnya aneh tapi kok lama-lama kenapa sangat enak didengar ya. Semenjak itu saya mulai tergila-gila mencari ayam ketawa yang nikmat didengar,” ujarnya.

Berkat kerja keras mondar mandir ketanah asal ayam ketawa di Sulawesi Selatan. Akhirnya Zenal menemukan si Pendekar, nama ayam ketawa yang berhasil jadi jawara semasa menginjak akil balik dan sudah malang melintang di kontes ayam ketawa.

Zenal mengatakan, si Pendekar kini sudah pensiun jadi jagoan ketawa. Tugasnya sekarang hanya menjadi ayam ‘pacek’—ayam berusia tua yang dikawinkan dengan betina— untuk mendapatkan anak ayam unggulan seperti bapaknya. “Tadinya slow, sekarang ini suaranya sudah lari. Power-nya juga abis dan pecah. Ya faktor usia juga. Selain usia, biasanya kalau pernah sakit, atau pun sudah dikawinkan, pasti suara pecah dan lari,” jelasnya.

Suara pecah yang dimaksud adalah suara serak, besar dan tak lagi nyaring. Ibarat suara manusia, yang diharapkan adalah suara tenor yang tipis, bukan suara bas.

Kini, tampuk kejuaraan sedang diemban ayam muda lainnya, si Cabe Rawit, usianya juga baru empat bulan. Nyaring, kukuruyuknya seperti bunyi “tuit” atau “duit”. “Dia ini Cabe Rawit seperti namanya, suaranya slow. Terus agak kristal, maksudnya bersih.

ayam ketawa foto2

Di dunia ayam ketawa ada tiga jenis suara, yaitu jenis suara gretek, dangdut dan slow. “Kalau dangdut dan gretek terpotong suaranya. Kalau slow agak patah, tapi tetap berkesinambungan,” kata Zaenal.

Ayam ketawa itu pun sejak usia tiga hari cicitnya sudah berbeda dengan anak ayam kampung biasa, karakter suaranya pun terpatah-patah. Ayam ketawa biasanya hingga usia lima bulan kerap diikutkan di dalam lomba dan pensiun sebelum usia dua tahun. Zenal semakin cinta dan akan terus melestarikan ayam ketawa asli Indonesia ini. (Ahmadi)